BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Definisi
Tablet adalah sediaan
bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau
tablet kompresi .(USP 26, Hal 2406)
Tablet adalah sediaan
padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI IV, Hal 4)
I.2 Kriteria
Tablet
Suatu tablet harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat
aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat
aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus
cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan
penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju
disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap
udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan
fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan
fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat
dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
(Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)
I.3 Keuntungan Sediaan Tablet
Sediaan tablet banyak
digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Tablet dapat bekerja
pada rute oral yang paling banyak dipilih;
2. Tablet memberikan
ketepatan yang tinggi dalam dosis;
3. Tablet dapat
mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga memudahkan proses
pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;
4. Bebas dari air,
sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.
Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain,
sediaan tablet mempunyai keuntungan, antara lain :
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat
(merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak),
memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan;
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat
aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk
sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling
rendah;
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang
kecil;
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih
stabil;
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam
tablet;
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan
murah; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan
pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan
tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan
pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;
9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas
tunda, lepas lambat, lepas terkendali);
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat
aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut
enterik);
11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana,
cepat, sehingga biaya produksinya lebih rendah;
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang
memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang
paling baik.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman
Hal 294 dan Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)
I.4 Kerugian Sediaan Tablet
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga
mempunya beberapa kerugian, antara lain:
1. Ada orang tertentu
yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak sadar/pingsan);
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena
sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut,
dosisnya cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran
cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus
diformulasi sedemikian rupa);
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau
bau yang tidak disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer,
dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini
sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal
294)
Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan
tablet jauh lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling
banyak dijumpai di perdagangan.
I.5 Masalah-Masalah Dalam Pembuatan Tablet
Permasalahan yang mungkin timbul adalah
berkenaan dengan bagaimana cara membuat sediaan yang baik dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
Untuk membuat sediaan yang baik diperlukan
data preformulasi yang meliputi stabilitas, organoleptik, sifat fisikokimia,
dan data-data lain yang menunjang sehingga dapat diperkirakan bahan baku yang
cocok untuk terbentuknya suatu sediaan yang baik dan tercapainya tujuan
penggunaan.
Adapun masalah-masalah
yang mungkin terjadi :
1. OTT zat aktif (meleleh, berubah warna,
terurai, dan sebagainya).
2. Stabilitas
zat aktif :
a. Untuk
zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode pembuatan tablet yang
tidak menggunakan air dan perlu diperhatikan pelarut yang digunakan untuk
granulasi.
b. Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan
pemanasan dan sinar UV, digunakan metode pembuatan tablet yang tidak memakai
pemanasan dan sinar UV dalam prosesnya.
c. Untuk
zat yang higroskopis, jangan menggunakan metode granulasi basah memakai
mucilago amyli karena massa cetak yang terjadi sulit untuk dikeringkan. Hal ini
dapat diatasi dengan penambahan adsorben seperti Aerosol < 3%.
d. Untuk zat yang tidak tahan air dan pemanasan
dapat digunakan metode pembuatan tablet dengan cara kempa langsung atau
granulasi kering
Untuk zat dengan jumlah kecil (jumlah fines <30%)
dapat dibuat dengan KL
Untuk zat dengan jumlah besar (jumlah fines >30%)
dapat dibuat dengan GK.
3. Pemilihan
bahan pembantu yang cocok
Untuk penentuan eksipien perlu diperhatikan OTT dengan zat
aktif. Di samping itu, bahan pembantu yang digunakan harus mempunyai titik
leleh yang cukup tinggi sehingga pada pencetakan tidak meleleh.
4. Jumlah fines total
Jumlah fines yang
ditambahkan pada masa cetak maksimal 30%, idealnya 15%. Jika lebih besar akan menyusahkan pada
pencetakan tablet.
5. Perbandingan bobot jenis zat aktif dengan
pembawa (jika terlalu jauh hendaknya jumlah fine sesedikit
mungkin)
6. Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika
terlalu besar akan terjadi laminating.
7. Penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat
pada proses pembuatan tablet akan mempersulit disolusi zat aktif dari dalam
granul karena mucilago amyli yang sudah kering sulit ditembus air. Untuk
mengatasinya, perlu ditambah pembasah (Tween 80 0.05%-0.15%) sehingga tablet
mempunyai waktu hancur lebih baik.
8. Pada penggunaan PVP sebagai pengikat, PVP
sebaiknya dilarutkan dalam alkohol 95%. Tetapi pada tahap awal, volume alkohol
yang digunakan tidak diketahui sehingga dapat diberikan sebagai serbuk.
9. Penggunaan amylum yang terlalu banyak (maksimal 30%) menyebabkan
tablet tidak dapat dicetak karena kompresibilitasnya sangat jelek.
10.Amylum yang digunakan sebagai penghancur luar
haruslah amylum kering karena dengan adanya air akan menurunkan kemampuannya
sebagai penghancur. Pengeringan amylum dilakukan pada suhu 70 C karena
pada suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum.
11.Pada pembuatan tablet dengan metode KL,
sebagai pembawa dapat digunakan kombinasi Avicel dengan Primogel atau Avicel
dan Starch 1500 dengan perbandingan 7:3 (penelitan Aliyah) atau 3:1. Karena
Avicel memiliki kompresibilitas yang baik tapi alirannya kurang baik, maka
untuk memperbaiki alirannya dapat digunakan Primogel atau Starch 1500.
12.Untuk mengatasi kekeringan granul akibat
pengeringan yang tidak terkontrol maka perlu penambahan humektan yaitu gliserin
atau propilen glikol 1 – 4% dihitung terhadap
mucilago.
Gliserin ditambahkan pada mucilago (pengikat)
untuk mempermudah homogenitas gliserin pada tablet, sama halnya dengan
penambahan Tween untuk zat aktif hidrofob pada mucilago.
Penambahan gliserin dan Tween adalah untuk
tujuan:
– Gliserin : dikhawatirkan pada waktu pengeringan air
hilang/menguap semua
– Tween : dikhawatirkan komposisi yang
digunakan menolak air, sehingga perlu penambahan Tween agar tablet tidak pecah.
Jumlah Tween yang tepat tergantung pada:
Jumlah zat aktif
Jumlah bahan pembantu yang digunakan
13. Jumlah
aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena aerosil
bersifat voluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat
membatu yang menyebabkan waktu hancur lebih lama.
14. Bila bobot tablet terlalu tinggi dan
bervariasi
Kemungkinan disebabkan oleh:
Distribusi
pada hoover yang disebabkan proses getaran. Sehingga yang
kecil terdesak, granul yang besar akan keluar lebih dahulu, karena ada proses
pemampatan. Oleh karena itu perlu diusahakan ukuran granul yang seragam.
Aliran granul yang kurang baik
Distribusi partikel
tidak normal, karena bobot jenis berbeda jauh, sehingga aliran jelek.
Lubrikan kurang sehingga
alirannya jelek.
15. Jika zat
aktif larut air:
Jangan menggranulasi dengan air
Sebagai pengikat,
gunakan pelarut yang tidak melarutkan massa tablet.
Ketentuan : misalkan digunakan pelarut X,
boleh saja ada zat yang larut dalam pelarut X yang digunakan sebagai pelarut
pengikat, tetapi maksimal 30%.
Permasalahan-Permasalahan
Khusus
1. Campuran
Eutektik
Timbang
kedua zat aktif secara proporsional, masukan dalam mortir dan digerus. Bila
meleleh berarti eutektik.
Cara
lain adalah setelah dicampur kedua zat aktif tambahakan musilago pakai air,
bila tidak kering berarti eutektik, atau musilago diganti dengan PVP alkohol.
2. Pembuatan
tablet Etambutol
Harus disalut dengan pahan penyalut yang
larut alkohol larut asam lemak tetapi tidak larut air, lebih baik disalut
dengan Cetosel. Etambutol jika digranulasi dengan PVP/alkohol akan semakin
melengket. Jadi cetak langsung atau granulasi kering/slugging.
Dengan slugging,kekompakan akan turun, friabilitas menjadi tinggi.
Teknik penambahan PVP : tambahkan dulu PVP kedalam massa cetak sampai homogen
lalu ditambahkan alkohol sehingga jumlahnya tepat.
3. Vitamin
C
Jangan gunakan Avicel, ini mempercepat
oksidasi vitamin C. Bisa digunakan PVP tapi jelek. Pakai musilago dalam ruang
hampa udara/bisa juga dipakai Cetosel dalam alkohol/eksplotab/starch. Jangan
digunakan dengan granulasi basah karena waktu hancurnya akan jelek.
Yang baik gunakan
Avicel adalah selama tidak OTT dengan zat aktif. Avicel dapat digunakan untuk
cetak langsung, atau juga granulasi basah tetapi sebagai pengisi. Jika Avicel
tidak larut air dapat bertindak sebagai fasa luar dan fasa dalam. Jika Avicel
sebagai fasa luar, amilum kering dihilangkan sehingga komposisi FL :
R/
Avicel
6%
Talk
1% (dikurangi)
Mg
Stearat 1%
Demikian
juga jika digunakan Aerosil sebagai fasa luar, talk dikurangi karena telah
berfungsi juga sebagai glidan.
4. Starch
Starch yang baik
jumlahnya 30%, jika zat jumlahnya tinggi bila ditambah Starch 1500 30% maka
bobot tablet akan semakin besar sedangkan yang harus ditambahkan adalah
lubrikan, pelincir, maka starch ditambahkan kurang dari 30% yang membuat aliran
menjadi jelek. Untuk mengatasi hal ini, gunakan Avicel yang dapat
bertindak sebagai pengisi juga penghancur.
Kombinasi Starch 1500 dan Eksplotab baik untuk pembuatan
tablet secara cetak langsung sebagai penghancur, jangan digunakan sebagai
pengisi.
5. Pembuatan Granulasi
Kering
ARC 591 jangan memakai alkohol yang mengandung air (pakai alkohol
yang tidak berair). Jika mengandung air
sulit direkonstitusi.
6. Penggunaan Pharmacot,
Etocel, PVP
Hanya untuk zat aktif yang tidak boleh kena air (karena akan
terurai). Kombinasi Starch 1500/Avicel hanya untuk cetak langsung, jumlah
Avicel dikurangi dan Starch-nya 30%. Starch 1500 tidak boleh untuk granulasi
basah sebagai pengisi karena Starch dengan air akan membentuk gel yang dapat
berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat. Tetapi sebagai penghancur untuk SL
dapat digunakan dengan teknik granulasi basah.
7. Penanganan Ekstrak
untuk Tablet
Ekstrak
kental larutkan dulu dalam etanol 70% kemudian dikeringkan dengan SL.Untuk ekstrak Belladona 1:3.
Masalah Pada Beberapa
Senyawa Aktif
Papaverin HCl, jika digunakan air dapat larut maka gunakan
pelarut yang tidak melarutkan zat tersebut.
Zat hidrofob seperti Fenilbutazon, Vioform,
Parasetamol, Ester Kloramfenikol dapat dilakukan penambahan Tween 80 0,01%
bobot tablet atau saponin 5% bobot tablet (ditambahkan mucilago amyli sebanyak
0,03%)
Diazepam, jika dibuat granul akan kasar, oleh karena itu dapat
dihaluskan terlebih dahulu.
Untuk vitamin C dan Parasetamol, gunakan pelarut non air,
keringkan dengan dehumidifier.
Fe mempunyai bobot jenis yang tinggi, maka gunakan pengikat PVP
dalam alkohol karena jika digunakan air akan terjadi oksidasi Fe2+ menjadi
Fe3+.
Untuk vitamin B12, gerus 1 g + etanol + SL (99
g), keringkan jika minta dispensasi bahwa tidak ada yang hilang selama proses
berarti 100 g sebanding dengan 1 g vitamin B12.
Selain itu, vitamin B12 terikat sangat kuat dengan mucilago
amyli sehingga waktu hancurnya lama. Avicel dengan mucilago amyli membentuk
adonan lengket yang sukar digranulasi. Kadarnya sangat kecil, perlu diajukan uji keseragaman kandungan.
Penisilin VK terbaik dibuat dengan cara slugging
Mg(OH)3 + alukol terbaik digunakan cetak langsung, dapat
granulasi basah menggunakan PVP dalam alkohol, jika menggunakan mucilago amyli,
kapasitas penetralan dapat turun.
Alukol berat jenis tinggi untuk tablet (aliran baik), berat
jenis rendah dapat digunakan untuk suspensi, tablet kunyah, voluminous.
Etambutol, tablet cepat basah. Granulasi dengan alkohol atau
disalut atau ditambahkan etambutol sebagai fines.
Alukol + ekstrak Belladona, gunakan SL sebagai pengisi. Karena
ekstraknya pahit, jarang untuk obat kunyah. Bila dibuat obat kunyah maka
tambahkan asam siklamat dan sakarin untuk mengatasi rasa pahit. Alukol dengan
antasid lain, OTT terhadap CMC. Perlu dilakukan uji penetralan terhadap bahan
baku dan tablet (minta dispensasi).
Untuk garam-garam Kalsium, Ca Pantotenat dan lainnya tidak dapat
memakai mucilago amyli sebagai pengikat sebab akan terbentuk massa seperti lem.
Mg-stearat dan Eksplotab, bila zat aktif bersifat asam, jangan
menggunakan Mg stearat dan Eksplotab, ganti saja Mg-stearat dengan asam
stearat.
Antibiotika, terutama yang tidak tahan pemanasan, dilakukan dengan
slugging atau dehumidifier (dengan alkohol + air) disedot pada
suhu 30 C tetapi hasilnya kurang baik, sebab potensi akan menurun karena
kontak dengan air.
Ekstrak untuk tablet, ekstrak kental dilarutkan dulu dalam
etanol 70%, baru dikeringkan dengan SL. Ekstrak Belladona 1:3 artinya dalam 3
bagian ada 1 bagian. Contohnya jika diinginkan 20 mL ekstrak Belladona maka
yang diambil adalah 60 mL, digerus halus dan dicampurkan dengan pengisi sedikit
demi sedikit.
Untuk zat-zat berkhasiat yang sangat pahit seperti Kloramfenikol
harus disalut (dispensasi). Kloramfenikol palmitat tidak bisa dibuat tablet
karena masih ada sisa asam palmitat yang menyebabkan tablet mudah pecah karena
sukar diikat.
INH dan PAS tidak dapat dibuat kombinasi dalam tablet karena PAS
diabsorbsi di usus tidak boleh terdisolusi di lambung (?).
Catatan Lain
1. Fines
Maksimum
30% dari bobot tablet termasuk Fase Luar (FL) jika lebih dapat terjadicapping.
Jumlah yang berbeda, distribusi berbeda dapat diatasi dengan hoover yang
tidak bergetar dan atau adanya pengaduk.
2. Eksplotab
Tidak
tahan asam, hanya untuk penghancur luar, tidak bisa untuk granulasi basah,
digunakan 3-5%, maksimum 25%.
3. Starch 1500
Pengisi tablet untuk cetak langsung. Jika ada air akan menjadi gel sehingga zat
aktif terhambat, daya mengembang kurang sehingga waktu hancur menjadi
jelek. Pengisi tablet tidak
lebih dari 30%.
4. Avicel pH 101,102,103 baik untuk tablet cetak
langsung
5. Jika jumlah zat aktif kecil dan berbentuk
hablur, resiko ketidakseragaman kandungan zat aktif besar jika dibuat secara
cetak langsung, karena kurang homogen.
6. Untuk cetak langsung gunakan zat aktif yang
halus dengan aliran baik.
7. Jika basis kasar dan zat aktif halus, maka
distribusi menjadi tidak merata karena terjadi distribusi ukuran partikel yang
tidak merata, terutama saat pencetakan, akibat getaran.
8. Vitamin B12 untuk cetak langsung harus
dihaluskan terlebih dahulu. Gunakan pengisi manitol, bukan dengan SL.
9. Untuk antibiotika, pilih pengikat yang tidak
mengubah potensi.
10.Mekanisme umum hancurnya tablet adalah pembasahan, penetrasi
air, pengembangan, dan hancur. Untuk cetak langsung, jika kecepatan aliran masa
cetak 1,5 g/dt atau lebih sudah cukup baik.
11.Jika zat aktif 200 mg per tablet, siap-siap untuk dibuat secara
cetak langsung.
12.Dalam evaluasi waktu hancur tablet, tinjau mekanisme waktu
hancur, surfaktan, desintegrator lebih baik yang hidrofob.
13.PVP
mudah ditembus air.
14.Acdisol
3% sebagai penghancur luar untuk memperbaiki waktu hancur.
Granulasi
dibuat terpisah dengan pertimbangan jumlah granul sama banyak, distribusi
granul sama di mana perbandingan granul A dan B sama, kelemahan distribusi
tidak selalu sama.
15.Ukuran
(mesh) 18-20; 20-22; yang biasa 16-16
Jika
granul pengikatnya lemah, gunakan pengayak dengan ukuran mesh sama
16.Zat aktif dengan bobot jenis tinggi (umumnya BJ zat anorganik),
granulasi seperti biasa, FL sekecil mungkin.
17.CaCO3 dapat digunakan sebagai penghancur di dalam lambung
yang akan menyerap asam lambung dan berubah menjadi CO2.
Permasalahan Dalam
Pencetakan Tablet
Masalah-masalah yang
dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara umum, seperti :
·
Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah
tablet dari badan tablet
Laminasi : pemisahan
tablet menjadi dua bagian atau lebih
Chipping : keadaan dimana bagian
bawah tablet terpotong
Cracking : keadaan dimana tablet
pecah, lebih sering di bagian atas-tengah
Picking : perpidahan bahan dari permukaan tablet
dan menempel pada permukaan punch
Sticking : keadaan dimana granul
menempel pada dinding die (ada adhesi)
Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna
pada permukaan tablet tidak merata
Masalah Lain Pada Pencetakan Tablet Secara Khusus
1. Lengket pada Cetakan
Manifestasinya :
·
Melekat pada die dan
sulit untuk dikeluarkan
Bunyi keras pada
mesin
·
Tablet kopak, jelek,
sisi tablet kasar, kadang-kadang hitam
Penyebab :
Antiadheren kurang
Lubrikan kurang
atau tidak tepat
Contoh : Tablet asetosal dengan Mg stearat lengket, seharusnya
digunakan asam stearat (yang mikronize karena fungsi lubrikan
adalah antar partikel sehingga kalau halus akan terselimuti oleh lubrikan).
Kandungan air (aspek kadar air) tinggi akan menyebabkan
penempelan pada die, sedangkan kadar air rendah dapat
menyebabkan laminating atau capping.
Kemungkinan karena interaksi kimia atau fisika, contoh interaksi
fisika etoksi benzamin dengan kafein, gliseril guaiakolat dengan prometazin
HCl, yaitu terjadinya pelelehan sehingga adhesivitas tinggi dan akhirnya
menjadi lengket.
Bahan baku dengan titik leleh sangat rendah, sehingga kesulitan
dalam masalah pencetakan, contoh : Ibuprofen, Gliseril guaiakolat,
Siprofloksasin (Antibiotik turunan Imidazol).
Penyelesaian Masalah :
Meningkatkan
antiadheren dan lubrikan
Penggantian lubrikan
yang cocok
Mengurangi jumlah
granul yang kasar
Mengurangi jumlah air tapi jangan sampai
berada di bawah optimum, karena tablet menjadi kurang baik. Jika sudah
diketahui jumlah pembasah yang paling baik maka agar pembasahnya pas, dilakukan
dengan menambahkan pembasah ke dalam larutan pengikat, yaitu bahan pembantu
yang tidak menguap tapi basah, contoh Propilen glikol atau gliserin.
Jika terjadi lengket mungkin karena punch dan die yang
rusak, sebab kalau cacat pada punch, maka akan melekat sehingga
ratakan punch dan die.
Kalau mungkin pencetakan pada suhu rendah dan
humuditas rendah karena khusus untuk bahan aktif dengan titik leleh rendah atau
terjadi campuran eutektik maka zat campuran eutektik semakin mudah menyerap
air. Contoh : Kombinasi ampisilin dengan asam klavulanat, dimana asam
klavulanat mudah hancur dengan kelembaban dan temperatur yang tinggi. Oleh
karena itu, pembuatannya dilakukan dalam suhu dan RH yang rendah.
Perubahan bahan pengisi, bahan pengisi dengan
titik leleh tinggi dan dapat mengadsorbsi, seperti SiO2 dan aerosil
(adsorben). Penambahan aercsil pada tablet akan menyebabkan penampilan tablet
yang bagus, jernih dan mengkilat, namun waktu hancur semakin panjang.
2. Lengket pada pons
Manifestasi :
Terkelupasnya
bagian tablet karena permukaan tablet melekat pada pons. Penyebab sama dengan
tadi
Kurangnya
anti adheren
Kandungan
air tinggi
Lengket
pada pons
Penanggulangannya sama
:
Ubah
ukuran granul
Tambah
adsorben
Perbaiki
alat
Alat dipoles, sehingga adhesivitas tablet dan
pons sangat kecil.
3. Capping/Laminating
Capping : copot
Laminating : belah
Penyebab :
§
Terjebaknya udara pada
tablet karena granul sangat halus
Porositas tinggi, khususnya pada penggunaan
pons yang baru, yaitu dengan adanya udara yang terjebak antara pons dan die
§
Kekerasan yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi (ada yang optimal)
§ Granul yang terlalu kering, cara : tambahkan
dalam pelarut pengikat tambahkan bahan cair dan tidak mudah menguap
§
Zat pengikat yang
kurang tepat.
§
Pengikat yang
jumlahnya terlalu sedikit (tepat tetapi jumlahnya kecil)
Penanggulangannya
Pembuatan granul diulang jika penyebabnya
adalah kelebihan atau kekurangan pengikat atau tidak cocok.
Tambahkan pengikat kering seperti gom arab,
sorbitol, PVP, sakarin, NHPC, LHPC 21, Metilselulosa dengan konsistensi tinggi,
sehingga meningkatkan kekompakan tablet.
Pengurangan ukuran partikel dari granul,
karena spesifikasi ukuran harus sama.
4. Sumbing atau retak-retak
pada permukaan tablet
Manifestasinya :
Akibat
dari ketiga masalah sebelumnya : laminating, lengket atau
kadang-kadang karena pons yang terlalu dalam.
Penyelesaian :
·
Pons dan die supaya
di poles
·
Untuk ukuran granul
yang besar, kurangi partikel granul.
·
Diganti pons dan die
·
Tambahkan pengikat
kering
5. Keseragaman bobot (FI
III)
Penyebab
pertama :
– Aliran
kurang baik
– Distribusi
ukuran granul yang tidak tepat, sebab dengan demikian mungkin saja timbul
porositas tinggi, yang tidak dapat menjamin keseragaman bobot karena adanya
distribusi baru pada saat pencetakan.
– Sistem pencampuran yang tidak benar, sehingga
mesin harus terkunci baik terutama pons bawah karena dapat berubah-ubah
sehingga bobot berbeda-beda.
Penyelesaian masalah :
– Perbaiki
atau ulangi proses pembuatan granul, perbaikan ukuran granul, pengikat,
granulasi, perbaikan pencampuran massa cetak.
– Perbaikan mesin tablet yaitu validasi mesin
tablet.
– Kecepatan
aliran dapat menyebabkan bobot tablet yang berbeda-beda. Penyebab kecepatan
aliran : kandungan air tinggi sehingga adesivitas tinggi dan aliran menjadi
kurang ; porositas tinggi, udara terjebak banyak karena fines dan
pengikat yang tidak cocok atau kurang. Jumlah fines meningkat,
porositas meningkat, aliran tidak baik.
Penyebab kedua : distribusi granul tidak baik.
Penyelesaian
Masalah :
– Kurangi
kadar air
– Pembuatan
granul baru sehingga menyebabkan porositas kecil, distribusi granul optimal
sehingga aliran bagus.
6 Keseragaman
Kandungan (FI IV hlm.999)
Dilakukan bila :
Kadar bahan aktif dibawah 50 mg
Bila perbandingan kadar bahan aktif dengan
bobot tablet lebih kecil dari pada 50%
Penyebab jeleknya
keseragaman kandungan :
Karena aliran jelek
Pencampuran pregranulasi tidak benar maka
tentukan dulu homogenitas zat aktif dalam granul (di pabrik)
Karena kadar fines tinggi
maka porositas tinggi (bobot berbeda-beda)
Kandungan air yang tinggi sehingga aliran
kurang baik
Kondisi mesin tidak benar.
Penyelesaian masalah
Perbaikan ukuran granul meliputi pencampuran,
perubahan pengikat, granulasi.
Kalibrasi mesin.
I.6
Jenis Sediaan Tablet
(Catatan
Kuliah P’ Charles + Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman Hal 706-717)
Berdasarkan prinsip
pembuatan, tablet terdiri atas :
a.
Tablet
Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi
pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.
b. Tablet Cetak
Dibuat
dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang
cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk
selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan
Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet
terdiri atas :
1. Tablet Kempa Tujuan
Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus
kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi
dengan bahan eksipien seperti:
-
Pengisi (memberi
bentuk) : laktosa
-
Pengikat (memberi
adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran pencernaan): musilago amili, amilum
-
Desintegrator (mempermudah hancurnya
tablet)
b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda
Adalah
tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal
sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut juga
sebagai tablet berlapis.
Keuntungannya
dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan)
c. Tablet Lepas
Lambat
Tablet yang pelepasan
zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang
cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan
sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk
beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
d. Tablet
Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Adalah
tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan
lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
e. Tablet Lepas Terkendali
Yang
pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
f. Tablet Salut Gula
Adalah
tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna
maupun tidak.
Tujuan:
melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan
bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
g. Tablet Salut Film
Tablet
kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer
yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali.
h. Tablet Efervesen
Tablet
kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan CO2. Tablet
ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
i. Tablet Kunyah
Tablet
kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum
ditelan.
2. Tablet
Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut
a. Tablet Bukal
Tablet
kempa biasa berbentuks oval yang ditempatkan di antara gusi dan pipi. Biasanya
keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat
tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b. Tablet Sublingual
Tablet
kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin.
Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris)
sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.
c. Tablet Hisap/Lozenges
Tablet yang mengandung
zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat
dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut.
d. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk
tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di dalam akar gigi yang
kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk mencegah
berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu
senyawa antibakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk
mengurangi perdarahan dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan. Pembawa
yang umum digunakan adalah Na bikarbonat, NaCl atau suatu asam amino.
3. Tablet
Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh
a. Tablet Rektal
Tablet
kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang
tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
a. Tablet Vaginal
Tabler
kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di
dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung
antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin
juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.
4. Tablet
Kempa untuk Implantasi
Tablet Implantasi/Pelet
Dibuat
berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk
implantasi subkutan (Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan).
5. Tablet
Cetak untuk Penggunaan Lain (Di Lachman disebutkan Jenis Tablet untuk Membuat Larutan)
a. Tablet
Triturat untuk Dispensing
Adalah
tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu.
Tablet
kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk memberikan jumlah
zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat (FI IV).
Digunakan
sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan dengan air
minum.
b. Tablet
Hipodermik
Tablet
cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air.
Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan
menambahkan pelarut steril (FI IV)
c. Tablet
Dispensing
Tablet
yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat/cair.
Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh ahli
farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi
tertentu.
Berdasarkan Rute Pemberian :
1. Tablet oral (dalam mulut)
2. Tablet rektal
3. Tablet vaginal
4. Tablet implantasi
Berdasarkan Penyalutan :
1. Tablet polos
2. Tablet salut gula
3. Tablet salut film
Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif :
1. Tablet pelepasan biasa
2. Tablet lepas lambat
3. Tablet lepas tunda
4. Tablet lepas terkendali
BAB II
METODE DAN BAHAN
PEMBUATAN TABLET
II.1 Metode Pembuatan Tablet
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui
tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung.
Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan
karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan
terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain
sebagainya.
Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam
metode tersebut :
a. Granulasi
Basah, yaitu memproses campuran
partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan
menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa
lembab yang dapat digranulasi.Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif
tahan terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak
langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari
metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat
teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah
tersebut digranulasi.
Metode
ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai
pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat
juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan
dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting
dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya
akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan
permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila
cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang
merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah
atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan
alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul
sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat,
setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat
penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.
Keuntungan metode granulasi basah :
Memperoleh
aliran yang baik
Meningkatkan
kompresibilitas
Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
Mengontrol
pelepasan
Mencegah
pemisahan komponen campuran selama proses
Distribusi
keseragaman kandungan
Meningkatkan
kecepatan disolusi
Kekurangan metode granulasi basah:
Banyak tahap dalam proses produksi yang harus
divalidasi
Biaya cukup tinggi
Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan
panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan
dengan pelarut non air
b. Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu
memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering
menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel
yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini
adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut,
ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan
untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa
langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.
Pada
proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang
disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian
diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik
dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas
dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada
mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan
sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan
satu dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu
penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang
mengalir dintara penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi
sebagai berikut :
Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
Zat aktif susah mengalir
Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
Keuntungan cara granulasi kering adalah:
Peralatan lebih sedikit karena tidak
menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan
waktu
Baik
untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat
oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat
slug
Tidak
dapat mendistribusikan zat warna seragam
Proses banyak menghasilkan debu sehingga
memungkinkan terjadinya kontaminasi silang
c. Metode
Kempa Langsung, yaitu pembuatan
tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan
eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
Metode
ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun
hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif
tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl
yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah
untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa
untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan
tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung
adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu
menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Sedangkan
keuntungan metode kempa langsung yaitu :
·
Lebih ekonomis karena validasi proses lebih
sedikit
·
Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang
dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode
ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
·
Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak
tahan panas dan tidak tahan lembab
·
Waktu hancur dan disolusinya lebih baik
karena tidak melewati proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet
kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul
ke partikel halus terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung :
Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif
dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya
dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah
untuk dikempa langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar
memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak
dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti
senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa
langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan
pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.
Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien
yang digunakan harus bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik;
kohesifitas dan adhesifitas yang baik
II.2 Bahan Pembantu
Granulasi Basah
A. Pengisi
Adalah zat inert yang ditambahkan dalam
formula tablet yang ditujukan untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang
diharapkan.
Biasanya tablet yang mengandung zat aktif
dengan dosis kecil memerlukan zat pengisi yang banyak. Jika dosis besar maka
pengisi sedikit atau tidak sama sekali.
1. Avicel
(mikrokristalin selulosa)
– Bentuk 103 memiliki keunggulan dibandingkan
dengan 101, 102 karena volume spesifiknya kecil, aliran lebih baik dan waktu
hancur lebih singkat.
– Insoluble, non-reaktif, aliran kurang baik,
kapasitas pegang 50%.
– Menghasilkan tablet yang keras dengan tekanan
kecil (kompresibilitas baik) dan friabilitas tablet rendah, waktu stabilitas
panjang.
– Menghasilkan pembasahan yang cepat dan rata
sehingga mendistribusikan cairan penggranul ke seluruh massa serbuk;
menghasilkan distribusi warna dan obat yang merata.
– Bertindak sebagai pembantu mengikat,
menghasilkan granul yang keras dengan sedikit fines.
– Bisa bersifat pengikat kering, disintegran,
lubrikan dan glidan.
– Penggunaannya membutuhkan lubrikan;
penggunaannya dapat dikombinasi dengan laktosa, manitol, starch, kalsium
sulfat.
– Membantu
mengatasi zat-zat yang jika overwetting (terlalu basah)
menjadi seperti “clay” yang sukar digranulasi dan ketika kering granulnya
menjadi keras dan resisten terhadap disintegrasi. Contoh: kaolin, kalsium
karbonat.
– Avicel dalam GB memperbaiki ikatan pada
pengempaan, mengurangi capping dan friabilitas tablet.
– Avicel membantu obat larut dengan air agar
homogen, mencegah migrasi pewarna larut air dan membantu agar evaporasi cepat
dan seragam.
– Untuk obat dengan dosis kecil, Avicel
digunakan sebagai pengisi dan pengikat tambahan.
– 60% avicel PH 101 dan 40% amilum sebagai pasta
10% membuat massa lembab mudah digranulasi, membentuk granul yang kuat pada
pengeringan dengan sedikit fine daripada pasta yang hanya
terbuat dari amilum.
– Bentuk PH 101: serbuk, PH 102: granul, PH 103:
serbuk
Sebagai disintegran :
– Merupakan disintegran yang sangat baik
terutama pada konsentrasi 10% atau lebih tinggi.
– Pada GB Avicel tidak bersifat disintegran.
– Perhatian: pada konsentrasi tinggi, Avicel
dapat menyebabkan tablet lengket pada lidah saat akan digunakan.
2. Kalsium
sulfat trihidrat
– Digunakan sebagai pengisi untuk granulasi
dengan jumlah zat aktif 20-30%.
– Sinonim:
terra alba, snow white filler.
– Insoluble,
non-higroskopis.
– Semakin
tinggi grade-nya semakin putih, pengisi paling murah, bisa dipakai
untuk zat aktif asam, netral, basa; punya kapasitas abisaorbisai yang tinggi
untuk minyak.
– Pengikat yang disarankan: PVP, MC, starch
paste.
3. Kalsium
fosfat dibasic
– Digunakan sebagai pengisi dan pengikat untuk
kempa langsung dengan memiliki ukuran paling kecil, tidak mahal, tidak dapat
digunakan bersama senyawa asam atau garam asam
– Jika digunakan cairan pengikat yang terlalu
banyak maka jadi lengket dan keras, tidak dapat digranul sehingga solusinya
dikombinasi dengan starch/Avicel
4. Laktosa
(Lachman Tablet)
– Inkompatibel dengan: senyawa yang sangat basa,
asam askorbat, salisilamid, pyrilamine maleat, phenilephrine HCl
– Granul laktosa hidrat mengandung kadar lembab
4-5%
– Laktosa adalah gula peredukasi bereaksi dengan
amin menghasilkan reaksi Maillard
– Isomer: α dan β (dalam campuran berada dalam
kesetimbangan kedua bentuk)
(Lachman Industri)
– Pengisi yang paling umum, ada 2 bentuk: hidrat
dan anhidrat
– Jarang bereaksi dengan obat (hidrat dan
anhidrat)
– Untuk GB pakai laktosa HIDRAT; laktosa
anhidrat tidak mengalami reaksi Maillard (dengan zat aktif mengandung amina
dengan adanya logam stearat), tetapi menyerap lembab.
– Secara umum tablet menunjukkan release
rate yang baik, granulnya cepat kering, disintegrasi tablet tidak
banyak dipengaruhi oleh kekerasan
(Handbook of Pharm Excipient)
– Keburukan: laktosa dpr berubah warna dengan
adanya basa amin dan Mg-stearat
– Dikenal 4 macam bentuk: granul kasar (60-80
mesh), granul halus (80-100 mesh), granul spray dried (100-200
mesh), dan laktosa anhidrat
– Dikenal
sebagai gula susu.
Spray-dried Lactose
(Lachman Industri)
– Untuk pengisi kempa langsung, umumnya digabung
dengan Avicel. Jika tunggal digunakan dalam konsentrasi 40-50% sebagai pembawa
– Sifat direct
compression-nya berkurang jika kadar air < 3%; dapat dicampur dengan
20-25% zat aktif tanpa kehilangan sifat direct compression-nya
– Kapasitas pegang 20-25% terhadap zat aktif;
punya aliran baik dan karakteristik pengikatan yang lebih baik dibandingkan
laktosa biasa
– Kelemahan: dapat menghitam dengan adanya
lembab, amin, atau senyawa lain yang mengandung furaldehid
– Gunakan
lubrikan netral atau asam
5. Sukrosa
– Bisa
berfungsi sebagai pengisi/pengikat
– Jika
digunakan sebagai pengikat tunggal, sukrosa membentuk granul yang keras dan
tablet lebih cenderung terdisolusi daripada terdisintegrasi. Oleh karena itu
banyak dikombinasi dengan pengisiinsoluble lain
– Jika digunakan sebagai pengisi kering,
biasanya digranulasi dengan pengikat larut air atau hidroalkohol. Kekerasan
granul tergantung jumlah pengikat yang digunakan. Campuran air dan alkohol akan
menghasilkan granul yang lebih lunak.
– Memiliki
banyak bentuk, paling sering digunakan bentuk “confectioner” untuk GB yang
mengandung 3% pati jagung untuk mencegah caking
– Sukrosa digunakan sebagai pemanis dalam tablet
kunyah dan digunakan sebagai pengikat untuk memperbaiki kekerasan tablet
– Kelemahan: tablet yang dibuat dengan komposisi
sebagian besar sukrosa akan mengeras pada penyimpanan. Sukrosa bukan gula
pereduksi tetapi menjadi coklat pada penyimpanan dan higroskopis
– Turunan sukrosa yang dapat digunakan untuk
kempa langsung:
a. Sugartab
: 90-93% sukrosa, 7-10% invert sugar
b. Di
Pac : 97% sukrosa, 3% modified
dekstrin
c. Nu Tab : 95%
sukrosa, 4% gula invert, 1% corn starch, Mg stearat
6. Dekstrosa
– Penggunannya terbatas pada GB sebagai pengisi
dan pengikat
– Digunakan mirip dengan sukrosa, cenderung
menghasilkan tablet yang keras terutama jika menggunakan dekstrosa anhidrat
– Menjadi
coklat pada penyimpanan
7. Manitol
– Pengisi yang baik
untuk tablet kunyah karena rasanya enak, sedikit manis, halus, dingin (negatif
heat solution)
– Non-higroskopis, aliran jelek, membutuhkan
lebih banyak cairan pengikat
– Dapat digunakan untuk formulasi vitamin,
menghasilkan granul yang lebih halus dari sukrosa atau dekstrosa
– Kadar lembab granul yang dibuat dari sukrosa,
dekstrosa, dan manitol setelah pengeringan semalam pada 140-150 F adalah
0,2%
– Hanya sedikit yang terabisaorbisai di saluran
cerna, jika digunakan banyak dapat bersifat laksatif
8. Emdex
dan Celutab
(Lachman Industri)
– Dapat bereaksi dengan amin pada suhu dan
kelembaban tinggi
– Bebas mengalir dan dapat dikempa langsung,
mengandung 8-10% lembab, kekerasan tablet dapat meningkat setelah pengempaan
– Starch terhidrolisa mengandung 90-92%
dekstrosa dan 3-5% maltosa
– Dapat digunakan sebagai pengganti manitol pada
talbet kunyah karena manis dan berasa halus.
9. Starch 1500 (penjelasan ada di bagian
Pengikat)
B. Adsorben
– Adsorben harus memiliki titik leleh yang
tinggi. Dengan titik leleh tinggi setelah terjadi lelehan pertama akan
terbentuk massa yang bertitik leleh lebih tinggi.
– Manfaat
adsorben: mencegah tablet basah oleh lelehan zat aktif, jika tablet basah maka
tablet akan lengket dalam cetakan. Bekerja menyerap lelehan zat aktif.
Contoh:
1. Avicel
2. Bolus alba
3. Kaolin,
bentonit, Mg silikat, MgO, trikalsium fosfat
4. Aerosil
C. Pengikat
– Pengikat bisa berupa gula dan polimer.
– Pengikat
yang berupa polimer alam: starch, gum (acacia, tragacanth, gelatin)
– Pengikat yang berupa polimer sintetik: PVP,
metilselulosa, etilselulosa, hidroksipropilselulosa
– Bisa dengan cara kering/basah. Cara basah
lebih sedikit membutuhkan bahan.
– Jumlah larutan pengikat yang dibutuhkan untuk
3 kg pengisi tercantum pada tabel
(Lachman Tablet halaman 161)
1. Starch
(amylum)
(Lachman Tablet)
– Dapat digunakan sebagai pengisi, pengikat, dan
penghancur
– Dalam
bentuk musilago amili 5-10%
– Cara: suspensikan starch 1:1/2-1 dalam air
dingin, tambahkan 2-4 kali air mendidih dengan pengadukan konstan sampai starch
mengembang menjadi transparan yang dapat diencerkan
– Cara
lain: suspensi starch dalam air dipanaskan
– Mengandung kadar air 11-14%; akan menyebabkan
tablet terdisintegrasi dengan cepat (hal 161)
– Pembuatannya harus hati-hati agar diperoleh
musilago yang baik, tidak terhidrolisis, dan tidak mengarang
– Pemakaian terbaik maksimal 30%. Jika dosis zat
aktif besar, starch diganti dengan penghacur yang lebih baik, yaitu avicel.
– Tablet yang mengandung amilum dengan
konsentrasi tinggi menunjukkan tablet yang rapuh dan sukar dikeringkan
– Amilum yang tidak dimodifikasi tidak mempunyai
sifat kompresibilitas yang baik dan mempunyai friabilitas yang besar, dan akan
terjadinya capping pada tablet jika digunakan dalam jumlah besar
Sebagai disintegran:
– Pemakaian: 1-20%, merupakan disintegran yang
paling umum digunakan
– Mekanisme kerja dengan membentuk ikatan
hidrogen saat pengempaan dan pecah atau mengembang saat air masuk mell pori
(kapiler)
– Pemakaiannya disesuaikan dengan jenis starch,
tekanan pengempaan, dan kandungan air massa cetak
– Perhatian: sebelum digunakan, starch harus
dikeringkan pada suhu 80-90 C untuk menghilangkan air yang terabisaorpsi
2. Starch
1500
(Lachman Tablet)
– Dapat digunakan sebagai pengikat basah,
kering, dan disintegran
– Starch 1500 maksimal mengandung 20% fraksi
larut air yang berfungsi sebagai pengikat sedangkan sisanya bersifat sebagai
disintegran
– Starch 1500 dibutuhkan ± 3-4 kali lebih banyak
daripada musilago amili untuk menghasilkan tablet dengan kekerasan yang sama
– Sebaiknya tidak digunakan sebagai pengisi pada
GB karena akan menghasilkan gel yang berfungsi sebagai pengikat yang sangat
kuat
– Sebagai disintegran dapat ditambahkan kering,
pada fasa luar.
(Lachman Industri)
– Aliran
bagus, merupakan directly compressible starch
– Dapat
dikempa sendiri, tetapi jika dicampur dengan 5-10% obat membutuhkan lubrikan
tambahan (misalnya 0,25% colloidal silicon dioxide)
– Mengandung 10% lembab dan menyebabkan tablet
menjadi lunak jika dikombinasi dengan Mg stearat > 0,5%, sebagai pengganti
digunakan asam stearat
Sebagai disintegran:
– Merupakan disintegran yang baik dan
ditambahkan dalam campuran kering (dalam fasa dalam dan atau fasa luar pada
metoda granulasi kering atau kempa langsung, atau dalam fasa luar pada metoda
granulasi basah)
– Perhatian: tidak boleh diberikan pada massa
basah
3. Amilum
pragelatinasi
– Merupakan pati yang sudah dimasak dan
dikeringkan lagi. Dapat digunakan sebagai pengganti starch paste karena lebih
mudah larut dalam air hangat tanpa pemanasan
– Dapat ditambahkan kering ke dalam serbuk
kemudian dibasahkan dengan air membentuk massa lembab
4. Gelatin
– Digunakan pada konsentrasi 5-10% sebanyak 1-5%
dari formula
– Sudah jarang digunakan, digantikan PVP, MC.
Cenderung menghasilkan tablet yang keras dan memerlukan disintegran yang aktif
– Dapat digunakan untuk senyawa yang sulit
diikat
– Kelemahan:
rentan bakteri dan jamur
– Jika masih diperlukan pengikat yang lebih
kuat, dapat digunakan larutan gelatin dalam air 2-10%, yang dibuat dengan
menghidrasi gelatin dalam air dingin selama beberapa jam/semalam kemudian
dipanaskan sampai mendidih, larutan gelatin harus dipertahankan hangat sampai
digunakan karena akan menjadi gel pada pendinginan
5. Larutan
sukrosa
– Membentuk granul keras, kekerasan diatur dari
konsentrasi sukrosa 20-85%
– Sangat baik sebagai pembawa soluble
dyes dan menghasilkan warna beragam
– Digunakan untuk menggranulasi tribasic fosfat
yang umumnya memerlukan pengikat yang lebih kohesif dari musilago amili; pada
tablet ferro sulfat, bertindak sebagai pengikat dan pelindung ferrosulfat dr
oksidasi
– Senyawa lain yang pengikatnya bisa berupa
gula: aminofilin, asetopheretidin, asetaminofen, meprobamate
6. Larutan
akasia
– Digunakan pada konsentrasi 10-25%; untuk
mengurangi mephenesin (dosis besar dan sukar digranulasi)
– Menghasilkan granul yang keras tetapi tidak
mengeras pada penyimpanan
– Kelemahan:
dapat terkontaminasi mikroba
– Kadang ditambah lubrikan cair PEG 6000 untuk
membantu pencetakan tablet dan disintegrasi tablet
7. PVP
– Nama
dagang: Kollidon atau Plasdon
– Inert, larut air dan alkohol, digunakan dalam
konsentrasi 3-15%, sedikit higroskopis, tidak mengeras selama penyimpanan (baik
untuk tablet kunyah)
– Tablet
efervesen bisa dibuat menggunakan PVP dalam etanol anhidrat. Jangan menggunakan
isopropanol anhidrat karena meninggalkan bau pada granul.
– Konsentrasi 5% menghasilkan kompresibilitas
yang baik dari serbuk Natrium bikarbonat dan asam sitrat sehingga tablet
bereaksi cepat dan disolusi cepat.
– PVP baik untuk tablet kunyah terutama untuk
alumunium hidroksida, Mg(OH)2
8. Selulosa
a. Metil selulosa
– 1-5% larutan air; larutan 5% menghasilkan
kekerasan yang sama dengan musilago amili
– Dapat digunakan untuk menggranulasi
soluble/insoluble powder; pengikat yang baik untuk eksipien laktosa, manitol,
dan gula
– Keuntungan: dapat dikompres cepat, tidak
mengeras pada penyimpanan
b.
CMC Na
– 5-15%
– Inkompatibel dengan Mg, Ca, Al, dan garamnya
– Menghasilkan granul yang lebih rapuh dari PVP
kecenderungan untuk mengeras; umumnya tablet mempunyai waktu disintegrasi yang
lebih lama
c. Etil selulosa
– Larutan dalam alkohol. Low grades digunakan
sebagai pengikat 2-10% dalam etanol
– Dapat digunakan untuk menggranulasi serbuk
yang sukar digranulasi: asetaminofen, kafein, meprobamat, ferofu, arat, dan
dapat digunakan sebagai pengikat non air untuk serbuk yang tidak tahan air
seperti asam askorbat
– Dapat
memperlambat disintegrasi
9. Polivinil
alkohol
– Larut air, mirip akasia tapi tidak terlalu
rentan dengan bakteri
– Membentuk granul yang lebih lunak dari acacia,
menghasilkan tablet yang disintegrasi lebih cepat dan tidak mengeras pada
penyimpanan
10. PEG
6000
– Sebagai pengikat anhidrat, dimana air dan
alkohol tidak dapat digunakan
– PEG 6000 merupakan padatan putih yang meleleh
pada 70-750C dan mengeras pada 56-630C
11. N-HPC
(Nisso-HPC)
– Larut dalam air dan pelarut organik alkohol,
propilen glikol, metilen klorida, aseton dan kloroform. Jika digunakan sebagai
pelarut pada granulasi basah N-HPC dilaruntukan dalam air atau alkohol.
– Cara:
a. Melarutkan dalam air
– N-HPC ditambahkan sedikit demi sedikit ke
dalam air sambil diaduk kuat
– 20-30% air dipanaskan sampai 600C dan N-HPC
ditambahkan perlahan-lahan sambil diaduk. Setelah itu ditambahkan sisa air.
Dengan cara ini pelarutan lebih cepat.
a. Melaruntukan dalam pelarut organik
D. Flavour
(Lachman Industri)
– Digunakan
untuk tablet kunyah
– Penambahan
pewangi dapat dilakukan dalam keadaan kering, biasanya sebagai fasa luar, sedangkan
yang cair ditambahkan dengan menyemprotkan ke dalam massa cetak
– Flavour
yang digunakan adalah bentuk flavour oil yang diabsorbsikan ke adsorben
– Jumlah
yang digunakan maksimal 0,5-0,75%
E. Disintegran
Fungsi : untuk memecah
tablet
Cara pakai: – saat granulasi
– sebelum dicetak (paling baik)
1. Starch
(amylum)
2. Starch
1500
3. Sodium
starch glycolate (primogel, explotab)
– Pemakaian:
1-20% dengan konsentrasi optimum 4%
– Explotab tidak dapat sebagai penghancur dalam
– Mekanisme sama dengan starch secara umum,
merupakan starch termodifikasi sehingga mampu menyerap air 200-300%
– Waktu disintegrasi ditentukan pula oleh
besarnya tekanan pengempaan
– Perhatian: pada suhu dan kelembaban yang
tinggi dapat memperlama waktu disintegrasi sehingga memperlambat waktu disolusi
4. Selulosa (selulosa, metilselulosa, CMC,
CMC-Na, Avicel, Acdisol)
– Acdisol merupakan ikatan silang dari CMC-Na
dan sangat baik untuk digunakan sebagai disintegran karena larut air dan
memiliki afinitas yang besar pada air.
– Acdisol
ini digolongkan pada super disintegran. Penggunaan 2-5%.
5. Gums
(agar, pectin, tragacant, guar gum)
– Pemakaian:
1-10%
– Bukan merupakan disintegran yang baik, karena
kapasitas pengembangannya yang relatif rendah
6. Clays
– Pemakaian:
2-10%, sifat hilang jika digranulasi
– Bukan merupakan disintegran yang baik, karena
dapat menyebabkan perubahan warna secara keseluruhan
7. Alginat (asam alginat dan Na-alginat)
– Pemakaian: 1-5% (asam alginat) atau 2,5-10%
(Na-alginat)
– Memiliki
afinitas yang besar terhadap air
F. Lubrikan
– Konsentrasi
optimum: 1%
– Fungsi: sebagai eksipien untuk menghilangkan
gesekan/friksi saat pengempaan dan penarikan tablet ke luar cetakan
– Jenis:
a. Water soluble: banyak digunakan untuk tablet larut air
seperti tablet/serbuk effervescent
b. Water
insoluble: paling banyak dan
digunakan konsentrasi rendah
Mekanisme:
a. Fluid type lubricant
Membentuk
lapisan cair antara massa cetak dengan logam cetakan. Dapat meninggalkan noda pada tablet
a. Boundary type lubricant
Dengan
berinteraksi antara gugus polar lubrikan dengan molekul pada permukaan
logam. Tipe ini memiliki
adheren terhadap cetakan lebih baik
– Lubrikan dapat menyebarkan tekanan saat
pengempaan dan meningkatkan bobot jenis partikel secara keseluruhan
– Semakin kecil ukuran granul, dibutuhkan
lubrikan yang semakin banyak
– Secara umum lubrikan dapat memperlama waktu
hancur tablet dan menurunkan kecepatan disolusi karena sifatnya yang hidrofob
– Perhatian:
aspirin tidak stabil dengan adanya senyawa alkaline, misalnya lubrikan alkalin
stearat. Penggantinya dapat digunakan talk.
– Lubrikan carbowax seringkali diberikan dalam
bentuk larutan alkohol
– Ketika lubrikan ditambahkan saat granulasi,
mereka akan membentuk lapisan di sekitar granul sehingga dapat mengurangi
kerusakan tablet setelah dikempa. Pembentukan lapisan ini juga akan menyebabkan
tablet menjadi labih berpori, elastik, mudah melar, dan memberikan hasil tablet
yang lebih besar sehingga tablet mudah pecah
– Lubrikan seringkali ditambahkan secara kering
ketika semuanya telah homogen, dan dicampur pada 2-5 menit akhir dari total
waktu pencampuran 10-30 menit
– Metode penambahan lubrikan di akhir (sebagai
fasa luar-setelah granul dibentuk) memberikan hasil yang lebih baik terhadap
kekerasan tablet dan kemudahannya untuk dikeluarkan dibandingkan dengan metode
penambahan lubrikan saat dilakukan granulasi
– Sebagai lubrikan tunggal, Mg-lauril sulfiat
pada konsentrasi yang lebih rendah dapat dikombinasi dengan Mg-stearat
Water soluble lubricant Water
insoluble lubricant
Asam
borat
:
1%
Logam (Mg, Ca, Na) stearat : ¼-2%
Sodium
chloride
:
5%
Asam
stearat
: ¼-2%
DL-Leusine
:1-5%
Sterofex
: ¼-2%
Carbowax 4000/6000 :
1-5%
Talk
: 1-5%
Sodium
oleat
:
5%
Waxes
: 1-5%
Sodium
benzoat
:
5%
Stearowet
: 1-5%
Sodium
asetat
:
5%
Gliseril behapte (Compritol 888):
Sodium
lauril sulfat
:
1-5%
dapat pula sebagai pengikat, dapat
Mg-lauril
sulfat
:
1-2%
dikombinasi dengan Mg-stearat
Sodium benzoat + sodium asetat: 1-5%
G. Glidan
– Secara
umum, fine silica > Mg stearat > talk murni
– Talk mengandung sejumlah kecil Al silikat dan
Fe. Harus hati-hati untuk zat aktif yang penguraiannya dikatalisis oleh Fe
1. Cab-O-Sil
: 5-10%
2. Corn
starch : 5-10%
3. Aerosil
: 1-3%
4. Talk
: 5%
5. Syloid
: 0,1-0,5%
H. Anti Adheren
– Yang
paling baik adalah yang larut air, dan yang paling efisien adalah DL-Leusine
– Biasa digunakan pada produk yang mengandung
vitamin E dosis tinggi karena cenderung terjadipicking
1. Talk
: 1-5%
2. Logam
stearat : <1%
3. Cab-O-Sil
: 0,1-0,5%
4. Syloid
: 0,1-0,5%
5. Corn
starch : 3-10%
6. DL-Leusine
: 3-10%
7. Na-lauril
sulfat: <1%
II.3 Perkembangan Formula Tablet
Pada bagian ini akan diterangkan pembuatan
tablet dan permasalahannya. Karena umumnya bahan disini berasal dari catatan
atau pengalaman, maka tidak ada pustaka pada bagian ini. Bagian ini dibuat
untuk pertimbangan pemilihan metode dan formulasi teoritik, aplikasi formula
teoritik, dan penanggulangan permasalahan yang mungkin terjadi pada pembuatan.
I. Granulasi
Basah
1. Zat
Aktif A
Fase Dalam (92%)
Zat Aktif
Sesuai dosis
Amilum Kering
10% bobot total
Musilago
amili 10% bobot total (atau 1/3 bobot tablet)
Laktosa
q.s
Fase Luar (8%)
Mg
Stearat
1%
Talk
2%
Amilum
kering 5%
Pada tablet yang
dinuat dengan menggunakan musilago amili sebagai pengikat, disolusi zat aktif
dari dalam granul akan dipersulit, karena musilago amili yang sudah kering
sulit ditembus sehingga disolusi zat aktif dari granul akan lebih
sukses. Selain itu, pengeringan granul memerlukan waktu yang lebih lama
dan memerlukan suhu pengeringan yang tinggi. Amilum harus dalam keadaan kering,
jika fungsinya sebagai penghancur. Jika bercampur dengan air maka sifat
penghancurnya akan berkurang. Amilum kering yang bisa digunakan adalah
amprotab. Sifat dari amilum kering : kompresibilitas kecil, waktu hancur granul
lama sehingga menyebabkan waktu hancur tablet menjadi lama, dan friabilitas
yang jelek.
2. Pengikat diganti PVP untuk zat yang sukar
dikompresi. PVP larut dalam air, tetapi penguapannya akan diperlama sehingga
digunakan pelarut etanol 95%.
Fase Dalam (92%)
Zat aktif
A
sesuai dosis
PVP
2%
Eatanol
q.s
Amilum
kering 10% dari bobot total
Laktosa
q.s
Fase Luar (8%)
Mg
Stearat
1%
Talk
2%
Amilum
kering 5%
PVP sifatnya
higroskopis, sehingga dapat mengakibatkan tablet menjadi basah, tapi sebenarnya
dengan 2% tidak terlalu bermasalah. Jika sedikit bermasalah dapat digunakan
aerosil sebanyak 1% sehingga formula fase luar menjadi : Mg Stearat 1%, Talk
1%, Aerosil 1%, Amilum kering 5%, tapi formula ini jarang digunakan.
3. Amilum kering bukan penghancur FD yang baik, maka dapat ditambahkan
ac-di-sol (± 3%) untuk memperbaiki waktu hancur. Tetapi karena ac-di-sol mahal
harganya maka sebagai alternatif dapat digunakan starch 1500 atau
primogel/eksplotab sebagai penghancur fasa luar. Formula akan menjadi :
Fase
Dalam (92%)
Zat aktif
A
sesuai dosis
PVP
2%
Eatanol
q.s
Amilum
kering 10% dari bobot total atau
Ac-di-sol
3%
Laktosa
q.s
Fase Luar (8%)
Mg
Stearat
1%
Talk
2%
Amilum
kering 5% atau
Acdisol
3% atau
Eksplotab
5% atau
Starch
1500
5%
Umumnya starch 1500
dan eksplotab digunakan sebagai penghancur luar, jarang digunakan sebagai
penghancur fasa dalam.
4. Laktosa mempunyai kompresibilitas yang buruk
sehingga friabilitasnyapun buruk. Untuk memperoleh tablet yang lebih baik, maka
laktosa dapat diganti dengan avicel. Terdapat tiga jenis avicel yang sering
digunakan yaitu : Avicel pH 101 (berbentuk serbuk, umumnya digunakan dalam
formulasi GB), Avicel pH 102 (berbentuk granul, umumnya digunakan dalam
formulasi Gkdan KL), Avicel pH 103 (berbentuk granul dengan ukuran lebih kecil
dan dapat menghasilkan waktu hancur yang lebih cepat). Formula tablet akan
menjadi :
Fase
Dalam (92%)
Zat aktif
A
sesuai dosis
PVP
2%
Eatanol
q.s
Amilum
kering 10% dari bobot total atau
Ac-di-sol
3%
Avicel
q.s
Fase Luar (8%)
Mg
Stearat
1%
Talk
2%
Amilum
kering 5% atau
Acdisol
3% atau
Eksplotab
5% atau
Starch
1500
5%
II. Granulasi Kering
Digunakan
untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab, misalnya antibiotik.
1 Fase Dalam (97%)
Zat aktif
A
sesuai dosis
Amilum kering 10%
Laktosa
q.s
Fase Luar
(3%)
Mg
stearat
1%
Talk
2%
Pembuatan slug : FD + ½ FL = 97% + 1,5% = 98,5%, lalu dicetak dan dihancurkan
(slug) hingga kecepatan aliran ≥4 gr/dt. Setelah jadi slug kemudian ditambahkan
sisa ½ FL (1,5%)
2. Karena kompresibilitas laktosa buruk, maka
dapat diganti dengan :
Fase
Dalam (97%)
Zat
aktif
A
sesuai dosis
Amilum kering 10%
LHPC
21
10%
Laktosa
q.s
Karena laktosa memiliki sifat aliran yang jelek, laktosa dapat diganti dengan
avicel.
Fase Dalam (97%)
Zat aktif
A
sesuai dosis
Amilum kering 10%
LHPC
21
10%
Avicel
q.s
LHPC
21 juga dapat penghancur sehingga amilum kering dapat dihilangkan. Penggunaan
LHPC 21 akan meningkatkan ongkos produksi karena harga LHPC 21 mahal. LHPC 21
dapat diganti dengan eksplotab/primorgel atau starch 1500.
Fase
Dalam (97%)
Zat aktif
A
sesuai dosis
Eksplotab/starch
1500
5%
Avicel
q.s
Modifikasi fase luar hampir sama dengan modifikasi fase luar pada formulasi GB.
III. Kempa Langsung
Digunakan
untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab dan dosisnya kecil. Formulasi
KL dibatasi oleh jumlah fine (serbuk yang tidak mempunyai sifat aliran
(seperti talk, mg stearat, dan zat aktif). Jumlah maksimal dari fine adalah
30%. Umumnya dosis zat aktif yang digunakan adalah dibawah 50% agar keseragaman
kandungan produk akhir bagus. Jika terlalu besar sebaiknya disluging.
Syarat-syarat zat aktif untuk cetak langsung adalah : mempunyai sifat aliran
yang bagus, kohesif, kompresibilitas.
1. Zat aktif
A
sesuai dosis
Laktosa spray
dried
q.s
Mg
stearat
1%
Talk
2%
Amilum
kering
5%
2. Digunakan kombinasi avicel dan eksplotab.
Avicel memiliki kompresibilitas yang baik, tetapi alirannya kurang baik. Untuk
memperbaik alirannya maka diguanakan eksplotab. Selain itu eksplotab berfungsi
pula sebagai penghancur.
Zat aktif
A
sesuai dosis
Avicel : Eksplotab
(3:7) q.s
Mg
stearat
1%
Talk
2%
3. Digunakan kombinasi starch 1500 dan avicel (3:1) yang dikenal
pula sebagai ”running powder”. Running powder ini memiliki sifat aliran dan
kompresibilitas yang baik. Tapi daya hancur running powder tidak bagus,
sehingga dapat ditambahkan penghancur luar seperti amilum kering, eksplotab,
atau ac-di-sol.
Zat aktif
A
sesuai dosis
Avicel : Starch 1500 (3:1) q.s
Mg
stearat
1%
Talk
2%
Amilum
kering
5% atau
Eksplotab
5% atau
Ac-di-sol
3%
Contoh Perhitungan Tablet
I. Granulasi Basah
Contoh
: Zat aktif paracetamol 500 mg
Direncanakan
bobot tablet 700 mg, dibuat 1000 tablet
Formula
: Fase Dalam (92%)
Paracetamol
500 g
Amilum 10% dari bobot tablet
70 g
Musilago amili 10%
(1/3 FD) 21,5 g
Laktosa
52,5 g
644 g
Fase Luar (8%)
Mg stearat
1%
Talk
2%
Amilum kering
5%
Cara
menghitung :
– Musilago
amili = 1/3
x 644 g = 215 g
setelah dikeringkan = 10% x 215 g = 21,5 g
–
Laktosa = 644 – (500 + 70 + 21,5) = 52,5 g
Misalnya : Granul FD yang
diperoleh 600 g dengan kadar air 2%, maka untuk kadar air 0%, bobot
granulnya = 0,98 x 600 = 588 g. Jumlah tablet yang
diperoleh = 588/644 x 1000 tablet = 913,04 tablet.
Fase
luar yang ditambahkan :
Mg
stearat
1% = 1/92 x 600 g
= 6,52 g
Talk
2% = 2/92 x 600 g = 13,04
g
Amilum kering
5% = 5/92 x 600 g =
32,60 g
Bobot tablet yang diperoleh
|
=
|
600 g + 6,52 g + 13,04 g + 32,6 g
|
913,04
|
= 714,27 g
II. Granulasi
Kering
Contoh
: Zat A 400
mg; bobot tablet 600 mg; jumlah tablet 1000 tablet
Formula :
Fase dalam (97%)
Zat
A
400 g
Amilum 10% bobot tablet
60 g
Laktosa
122 g
582 g
Fase Luar
(3%)
Mg stearat
1%
6 g
Talk
2%
12 g
Slug (98,5%)
Zat
A
400 g
Amilum
60 g
Laktosa
122 g
Mg
stearat
3 g
Talk
6 g
591 g
Misalnya : slug yang diperoleh = 500 mg, maka sisa FL yang ditambahkan :
Mg
stearat
= 500/591 x 3
= 2,538 g
Talk
= 500/591 x
6
= 5,076 g
Slug + sisa FL
= 500 g + 7,614 g =
507,614 g
Jumlah tablet yang diperoleh = 500/591 x
1000 = 846,024 g
Bobot
tablet
= 507,614/846,024
≈ 0,6 g
III.Kempa Langsung
Contoh
: Zat A 25 mg; bobot tablet 250 mg; dibuat 1000 tablet
Formula
: Zat
A
25 g
Pengisi q.s 217,5 g
Mg stearat (1%) 2,5 g
Talk (2%) 5 g
250 g
Bahan
siap dikempa menjadi tablet…..!!!!!
BAB III
EVALUASI TABLET
A. Evaluasi Granul
Evaluasi granul terutama dilakukan untuk
formula baru atau pada modifikasi formula. Untuk formula yang sama evaluasi
granul tidak perlu dilakukan. Evaluasi granul meliputi:
1. Granulometri
Granulometri adalah analisis ukuran dan
repartisi granul (penyebaran ukuran-ukuran granul). Dalam melakukan analisis
granulometri digunakan susunan pengayak dengan berbagai ukuran. Mesh terbesar
diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh yang makin
kecil.
Timbang
100 gr granul
Letakkan granul pada pengayak paling atas
Getarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari
ketahanan granul pada getaran
Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap
pengayak
Hitung persentase granul pada tiap-tiap
pengayak
Tujuan granulometri adalah untuk melihat
keseragaman dari ukuran granul. Diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda.
Granulometri berhubungan dengan sifat aliran granul. Jika ukuran granul
berdekatan, aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran granul mengikuti kurva
distribusi normal.
2. Bobot Jenis
a. Bobot
jenis sejati
Bobot
jenis sejati diukur dengan piknometer gas Beckman
b. Bobot
jenis nyata
Ke
dalam gelas takar masukkan 100 g granul . Baca volume.
Bobot jenis nyata
= bobot/volume
c. Obat
jenis nyata setelah pemampatan
Ke
dalam gelas takar masukkan 100 g granul. Mampatlkan 500 x dengan alat volumeter
. Lihat volume setelah pemampatan.
Bj
nyata setelah pemampatan = bobot/volume setelah pemampatan
Pemampatan 500 x
BJ nyata
BJ nyata setelah pemampatan
3. Kadar Pemampatan
%T = Vo
– V500
Vo
%T = Kadar
pemampatan
Vo = Volume sebelum pemampatan
V500 = Volume setelah pemampatan 500 x
%T < 20 atau
^V<20 ml
granul
memiliki aliran yang baik
Kadar pemampatan dan berat
jenis dapat untuk menilai aliran.
4. Kompresibilitas
% K= Dapt –Davc x
100 %
Dapt
Davc = Berat
jenis nyata sebelum pemampatan
Dapt = Berat jenis nyata setelah pemampatan 500 x
Jika % K : 5 – 10 % ——– aliran sangat baik
11 – 20 %
——– aliran cukup baik
21 – 25 % ——– aliran cukup
>26 % ——-
aliran buruk
5. Aliran
a. Metode corong
(128)/132 Mengukur kecepatan
aliran 100 g granul menggunakan corong kaca dengan dimensi sesuai. Metode
corong dapat dilakukan dengan 2 cara :
a. cara
bebas
b. cara
tidak bebas (paksa)digetarkan
Biasanya
jika 100 g granul mengalir dalam 10 detik maka aliran baik.
b. Metode sudut istirahat
Masukkan 100 g granul (tutup bagian bawah corong)
Tampung granul di atas
kertas grafik
Hitung x.
Jika x = 25- 30
sangat
mudah mengalir
30- 40
mudah mengalir
40- 45
mengalir
> 45
kurang mengalir
6. Kandungan Lembab
Kandungan
lembab diukur dengan pemanasan (gravimetric) menggunakan alat seperti Moisture
Balance .
% KB = W1/W x 100
%
% KB = Kandungan bobot
% KL = Wa/W1 x 100
%
% KL = Kandungan lembab
Wa = W –
W1
W = bobot mula-mula
W1 = bobot setelah pengeringan
B. Evaluasi Tablet (Produk Akhir)
1. Visual /Organoleptik
a. Rupa,
dengan cara visual menggunakan loop agar permukaan tablet lebih jelas
terlihat
b. Bau
c. Rasa
2. Sifat fisika kimia
1. Keseragaman ukuran
a. Keseragaman
tebal
b. Keseragaman
diameter
2. Kekerasan
3. Friabilitas
4. Keragaman sediaan
a. Keragaman
bobot
b. Keseragaman
kandungan
5. Waktu hancur
6. Disolusi
7. Uji kadar zat aktif
3. Uji Keamanan/Toksisitas
Untuk menguji
apakah ada bahan-bahan lain yang toksik dalam tablet
4. Uji Mikrobiologi
Terutama
dilakukan pada tablet yang mengandung bahan-bahan yang mudah ditumbuhi oleh
mikroorganisme. Sering kali tablet bersalut lebih banyak dikontaminasi oleh
bakteri disbandingkan oleh tablet tidak bersalut karena kelembaban internal
tablet salut merupakan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan bakteri.
Lingkungan
produksi yang kurang bersih juga merupakan likungan yang sesuai untuk
pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu beberapa industri memberikan persyaratan
kemurnian yaitu batas angka mikroba.
Uji Friabilitas Tablet
Data friabilitas digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan
dan pengiriman.
Friabilitas diukur dengan friabilator
(gambar terlampir). Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari
sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada
proses pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per
menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran.
Mula-mula tablet dibersihkan dahulu dari
debunya kemudian ditimbang dengan seksama. Untuk tablet dengan
bobot < 650 mg, timbang sejumlah tablet hingga beratnya mendekati
6,5 g. Untuk tablet dengan bobot > 650 mg, timbang tablet sebanyak 10 buah.
Masukan seluruh tablet yang telah ditimbang ke dalam friabilator. Jalankan alat
selama 4 menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari
debu dan timbang dengan seksama. Hitung persentase bobot yang hilang selama
pengujian. Untuk tablet yang baik (dipersyaratkan di Industri), bobot yang
hilang tidak boleh lebih dari 1 %.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian
friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang
pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam
perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar),
maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai
rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan.
(USP & NF 1994)
Penyimpanan Tablet
Tablet harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat dan terlindung dari cahaya, lembab, gesekan dan guncangan
mekanik. Kondisi penyimpanan khusus harus dicantumkan dalam etiket. Tablet
harus cukup bertahan selama proses penanganan, misal pada saat pengemasan dan
transportasi, tanpa harus kehilangan intregitasnya.
Untuk tablet efervesen, harus disimpan pada
wadah yang tertutup sangat rapat atau kemasan yang kedap terhadap lembab dan
mungkin perlu ditambahkan zat adsorbent seperti silika gel. Kondisi
khusus penyimpanan dan pengemasan direkomendasikan pada monograpi masing-masing
.
(The International Pharmacopoeia 3rd ed Vol.4 hal 28)
Uji Disolusi <1231>
Uji
ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali
pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus
dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali
bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila pada etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik,
sedangkan dalam masing-masing
monografi, uji disolusi atau uji waktu
hancur tidak secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka
digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas lambat seperti yang tertera pada uji Pelepasan Obat <961>,
kecuali dinyatakan lain dalam
masing-masing monografi. Dari jenis alat yang diuraikan disini, pergunakan
salah satu sesuai dengan yang
tertera dalam masing-masing monografi.
Alat 1. Alat terdiri dari sebuah wadah bertutup yang
terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk
silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga
dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 37º ± 0,5 ºC selama pengujian
berlangsung dan.menjaga agar gerakan
air dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat, termasuk lingkungan tempat alat
diletakkan tidak dapat
memberikan gerakan, goncangan atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Penggunaan alat yang memungkinkan pengamatan contoh dan pengadukan
selama pengujian berlangsung. Lebih dianjurkan wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar
setengah bola, tinggi 160 mm
hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan kapasitas
nominal 1000 ml. Pada bagian atas
wadah ujungnya melebar, untuk
mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang pas. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2
mm pada tiap titik dari sumbu
vertikal wadah berputar dengan
halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur
kecepatan digunakan sehingga memungkinkan
untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan mempertahankan kecepatan
seperti yang tertera dalam masing-masing monografi dalam batas lebih kurang 4%.
Komponen batang logam dan keranjang yang
me-rupakan bagian dari pengaduk terbuat dari baja tahan karat tipe 316 atau
yang sejenis sesuai dengan spesifi-kasi pada Gambar 1. Kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, gunakan kasa 40 mesh. Dapat juga
digunakan keranjang berlapis emas setebal 0,0001 inci (2,5 µm). Sediaan
dimasukkan ke dalam keranjang yang kering pada tiap awal pengujian. Jarak antara
dasar bagian dalam wadah dan keranjang adalah 25 mm ± 2 mm
selama pengujian berlangsung.
Alat 2. Sama seperti Alat
1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan
batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya
tidak lebih dan 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar
dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Daun melewati diameter batang
sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi spesifikasi pada Gambar
2. Jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dalam dasar wadah
dipertahankan selama pengujian berlangsung. Daun dan batang logam yang
merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai.
Sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar.
Sepotong kecil bahan yang tidak bereaksi seperti gulungan kawat berbentuk
spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan.
Uji kesesuaian alat Lakukan pengujian
masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis
disintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan
disintegrasi sesuai dengan kondisi percobaan yang tertera. Alat
dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang
diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari kalibrator yang
bersangkutan.
Media disolusi Gunakan pelarut
seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Bila Media
disolusi adalah suatu larutan dapar, atur pH larutan sedemikian hingga
berada dalam batas 0,05 satuan pH yang tertera pada masing-masing
monografl. [Catatan Gas terlarut dapat membentuk gelcmbung yang dapat
merubah hasil pengujian. Oleh karena itu, gas terlarut harus dihilangkan
terlebih dahulu sebelum pengujian dimulai.]
Waktu Bila dalam
spesifikasi hanya terdapat satu waktu, pengujian dapat diakhiri dalam waktu
yang lebih singkat bila persyaratan jumlah minimum yang terlarut telah
dipenuhi. Bila dinyatakan dua waktu atau lebih, cuplikan dapat diambil hanya
pada waktu yang ditentukan dengan toleransi ± 2%.
Prosedur untuk kapsul, tablet tidak bersalut
dan tablet bersalut bukan enterik
Masukkan sejumlah volume Media disolusi seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi ke dalam wadah, pasang alat, biarkan Media
disolusi hingga suhu 37º ± 0,5º, dan angkat termometer. Masukkan 1
tablet atau 1 kapsul ke dalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan
sediaan yang diuji dan segera jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang
tertera dalam masing-masing monografi. Dalam interval waktu yang ditetapkan
atau pada tiap waktu yang dinyatakan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan
antara permukaan Media disolusi dan bagian atas dari keranjang
berputar atau daun dari alat dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding wadah.
Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Lanjutkan
pengujian terhadap bentuk sediaan tambahan.
Bila cangkang kapsul
mengganggu. penetapan, keluarkan isi tidak kurang dari 6 kapsul sesempuma
mungkin, larutkan cangkang kapsul dalam sejumlah volume Media
disolusi seperti yang dinyatakan. Lakukan penetapan seperti yang
tertera dalam masing-masing monografi. Buat koreksi seperlunya. Faktor koreksi
lebih besar 25% dari kadar pada etiket tidak dapat diterima.
Interpretasi Kecuali dinyatakan
lain dalam masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif
yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Lanjutkan
pengujian sampai tiga tahap kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S atau
S. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi, dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket, angka
5% dan 15% dalam tabel adalah persentase kadar pada etiket, dengan demikian
mempunyai arti yang sama dengan Q.
Tabel Penerimaan
Tahap
|
Jumlah yang diuji
|
Kriteria Penerimaan
|
S1
|
6
|
Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%
|
S2
S3
|
6
12
|
Rata-rata dari 12 unit (S1 +S2) adalah
sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih
kecil dari Q -15%
Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2+ S3) adalah sama dengan atau lebih
besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q -15%
dan tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q – 25%.
|
Uji Waktu Hancur Tablet Dan Kapsul
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian
batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada
etiket dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau
dikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih
dengan jarak waktu yang jelas di antara periode pelepasan tersebut. Tetapkan
jenis sediaan yang akan diuji dari etiket serta dari pengamatan dan gunakan
prosedur yang tepat untuk 6 unit sediaan atau lebih.
Uji waktu hancur tidak
menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan
dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji
merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari
penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut.
Alat
Alat terdiri atas suatu
rangkaian keranjang, gelas piala berukuran 1000 ml, termostat untuk memanaskan
cairan media antara 35º hingga 39º dan alat untuk menaikturunkan keranjang
dalam cairan media pada frekuensi yang tetap antara 29 kali hingga 32 kali per
menit melalui jarak tidak kurang dari 5,3 cm dan tidak lebih dari 5,7 cm.
Volume cairan dalam wadah sedemikian sehingga pada titik tertinggi gerakan ke
atas, kawat kasa berada paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan cairan dan
pada gerakan ke bawah ber-jarak tidak kurang dari 2,5 cm dari dasar wadah.
Waktu yang diperlukan bergerak ke atas adalah sama dengan waktu yang diperlukan
untuk bergerak ke bawah dan perubahan pada arah gerakan merupakan perubahan
yang halus, bukan gerakan yang tiba-tiba dan kasar. Rangkaian keranjang
bergerak vertikal sepanjang sumbunya, tanpa gerakan horizontal yang berarti
atau gerakan sumbu dari posisi vertikalnya.
Rangkaian
keranjang Rangkaian keranjang terdiri atas 6 tabung transparan yang
kedua ujungnya terbuka, masing-masing dengan panjang 7,75 cm ± 0,25 cm,
diameter dalam lebih kurang 21,5 mm dan tebal dinding lebih kurang 2 mm,
tabung-tabung ditahan pada posisi vertikal oleh dua lempengan plastik,
masing-masing dengan diameter 9 cm, tebal 6 mm, dengan enam buah lubang,
masing-masing berdiameter lebih kurang 24 mm dan berjarak sama dari pusat
lempengan maupun antara lubang satu dengan lainnya. Pada permukaan bawah
lempengan dipasang suatu kasa baja tahan karat berukuran 10 mesh nomor 23
(0,025 inci). Bagian-bagian alat dirangkai dan dikencangkan oleh tiga buah baut
melalui kedua lempengan plastik. Suatu alat pengait dipasang pada alat yang
menaikturunkan rangkaian keranjang melalui satu titik pada sumbunya, digunakan
vntuk menggantungkan rangkaian keranjang.
Rancangan rangkaian
keranjang dapat sedikit berbeda asalkan spesifikasi tabung kaca dan ukuran kasa
dipertahankan.
Cakram Tiap
tabung mempunyai cakram berbentuk silinder dengan perforasi, tebal 9,5 mm ±
0,15 mm dan diameter 20,7 mm ± 0,15 mm. Cakram dibuat dari bahan plastik
transparan yang sesuai, mempunyai bobot jenis antara 1,18 hingga 1,20. Terdapat
lima lubang berukuran 2 mm yang tembus dari atas ke bawah, salah satu lubang
melalui sumbu silinder, sedangkan lubang lain paralel terhadapnya dengan radius
jarak 6 mm. Pada sisi silinder terdapat 4 lekukan dengan jarak sama berbentuk V
yang tegak lurus terhadap ujung silinder. Ukuran tiap lekukan sedemikian hingga
bagian yang terbuka pada dasar silinder luasnya 1,60 mm persegi dan pada bagian
atas silinder lebar 9,5 mm dan dalam 2,55 mm. Seluruh permukaan cakram licin.
Prosedur
Tablet
tidak bersalut Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air
bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan
cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang
tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet
harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna,
ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang
diuji harus hancur sempurna.
Tablet
bersalut bukan enterik Masukkan 1 tablet pada masing-masing
tabung dari keranjang, bila tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut,
celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit. Kemudian masukkan
cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan cairan lambung
buatan LP bersuhu 37º ± 2º sebagai
media. Setelah alat dijalankan telama 30 menit, angkat keranjang dan amati
semua tablet. Bila tablet tidak hancur sempurna, ganti dengan cairan usus
buatan LPbersuhu 37º ± 2º dan teruskan pengujian
hingga jangka waktu keseluruhan, termasuk pencelupan dalam air dan cairan
lambung buatan LP adalah sama dengan batas waktu yang dinyatakan
dalam masing-masing monografi ditambah 30 menit, angkat keranjang dan amati
semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet
tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang
16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet
salut enterik Masukkan
1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, bila tablet mempunyai
penyalut luar yang dapat larut, celupkan keranjang dalam air pada suhu kamar
selama 5 menit. Tanpa menggunakan cakram jalankan alat, gunakan cairan
lambung buatan LP bersuhu 37º ± 2º sebagai media. Setelah alat
dijalankan selama satu jam, angkat keranjang dan amati semua tablet: tablet
tidak hancur, refak atau menjadi lunak. Kemudian masukkan satu cakram pada tiap
tabung dan jalankan alat, gunakancairan usus buatan LP bersuhu 37º
± 2º sebagai media selama jangka waktu 2 jam ditambah dengan batas waktu
yang dinyatakan dalam masing-masing monografi atau bila dalam monografi
dinyatakan hanya tablet salut enterik, maka hanya selama batas waktu
yang dinyatakan.dalam monografi. Ajigkat keranjang dan amati semua
tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak
hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16
dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet
bukal Lakukan
pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada Tablet tidak
bersalut, tanpa menggunakan cakram. Setelah 4 jam, angkat keranjang
dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur. Bila 1 tablet atau 2 tablet
tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang
16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Tablet
sublingual Lakukan
pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada Tablet iidak
bersalut, tanpa menggunakan cakram. Amati tablet dalam batas waktu
yang dinyatakan dalam masing-masing monografi: semua tablet harus hancur. Bila
1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
Kapsul
gelatin keras Lakukan
pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada Tablet tidak
bersalut, tanpa menggunakan cakram. Sebagai pengganti cakram digunakan
suatu kasa berukuran 10 mesh seperti yang diuraikan pada rangkaian keranjang,
kasa ini ditempatkan pada permukaan lempengan atas dari rangkaian keranjang.
Amati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing monografi,
semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul. Bila 1 tablet
atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 kapsul lainnya:
tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna.
Kapsul
gelatin lunak Lakukan
pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada Kapsul gelatin
keras.
BAB V
TABLET KHUSUS
A. TABLET EFFERVESCENT
I. Pendahuluan
I. 1. Tablet Effervecent
Tablet Effervecent adalah
tablet yang mengeluarkan buih ketika dimasukkan ke dalam air. Buih yang keluar
tersebut adalah gas karbondioksida yang dihasilkan dari reaksi antara asam
organik dengan garam turunan karbonat. Gas korbondioksida ini membantu
mempercepat hancurnya tablet dan meningkatkan kelarutan zat aktif. Selain itu
gas korbondiokasida ini juga memberi rasa segar seperti halnya pada minuman
kaleng berkarbonasi. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga
menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki
rasa beberapa obat tertentu. Dengan rasa asam sedikit berlebih, sehingga berasa
sedikit asam ini merupakan faktor tambahan yang membuat sediaan efervesen dapat
diterima di masyarakat.
Kandungan tablet effervecent merupakan
campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan Natrium bikarbonat, yang jika
dilarutkan dalam lingkungan berair akan bereaksi menghasilkan karbondioksida
yang berasal dari penguraian basa bikarbonat akibat penetralan oleh asam.
Reaksinya cukup cepat dan biasanya selesai dalam waktu 1 menit atau kurang.
Tablet effervescent harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau kemasan
tahan lembab, sedangkan pada etiket tertera tidak langsung ditelan.
I. 2. Keuntungan dan Kerugian Effervecent
Keuntungan yang dimiliki tablet
effervescent, antara lain;
1. Memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu
seketika, yang mengandung dosis yang tepat
2. Rasa menyenangkan karena karbonisasi membantu
menutup rasa zat aktif yang tidak enak
3. Tablet biasanya cukup besar dan dapat dikemas
secara individual sehingga bisa menghindari masalah ketidakstabilan zat aktif
dalam penyimpanan.
4. Mudah menggunakannya karena tablet dilarutkan
terlebih dulu dalam air baru diminum
5. Bentuk sediaan dengan dosis terukur tepat.
Kerugian yang terdapat pada tablet effervescent, antara lain;
1. Kesukaran untuk menghasilkan produk yang
stabil secara kimia
2. Kelembaban udara selama pembuatan produk
mungkin sudah cukup untuk memulai reaktifitas effervescen
I.
3. Pembuatan Efervescent
Tablet effervecent dibuat
dengan beberapa metode yaitu dengan cara granulasi basah, granulasi kering, dan
dengan metode fluidisasi. Metode fluidisasi dengan metodewurster,
menggunakan suatu alat semprot khusus yang dilangkapi dengan saluran penyemprot
bahan pengikat dan saluran udara pemanas.
Tablet effervecent
memerlukan kondisi kerja dan metode khusus dalam pembuatannya karena dalam
tablet ini terdapat dua bahan yang tidak dapat tersatukan yaitu garam natrium
bikarbonat dan asam organik sebagai penghasil karbondioksida. Reaksi kedua
bahan ini akan dipercepat dengan adanya air, maka dari itu tablet Efervescent
selama perjalanannya mulai akhir produksi sampai ke tangan pasien tidak boleh
sedikitpun kontak dengan air. Selain itu suhu tinggi juga dapat mempercepat
perusakan bahan tablet, sehingga juga harus dijaga pada suhu yang relatif
rendah.
Proses pembuatan tablet efervesen membutuhkan
kondisi khusus, kelembabab harus relatif rendah dan suhu harus dingin untuk
mencegah granul atau tablet melekat pada mesin karena pengaruh kelembaban dari
udara.
a. Granulasi Basah
Umumnya sama dengan tablet konvensional
Prosesnya:
1. Cara
Pemanasan.
Biasanya
komponen asam yang dipanaskan. Karena proses ini sangat tidak konstan dan sulit
dikendalikan jarang digunakan.
2. Granulasi
dengan Cairan Reaktif.
Bahan
penggranulasi yang efektif adalah air. Proses berdasarkan penambahan sedikit
air (0,1-0,5%) yang disemprotkan pada campuran sehingga terjadi reaksi
menghasilkan granul. Granul yang masih lembab ditransfer ke mesin tablet
kemudian dikempa lalu tablet masuk ke dalam oven terjadi proses pengeringan
untuk menghilangkan air sehingga tablet menjadi stabil.
3. Granulasi dengan Cairan Non Reaktif.
Cairan
yang digunakan adalah etanol atau isopropanol. Cairan ditambahkan
perlahan-lahan ke dalam campuran pada mesin pencampur. Dalam hal ini perlu
ditambahkan pengikat kering seperti PVP. Setelah itu masa granul dimasukkan ke
dalam oven lalu dikeringkan. Kemudian dihaluskan lagi baru dicetak.
b. Granulasi Kering
Dilakukan dengan dua cara:
1. Cara
Slugging
Dibuat
bongkah-bongkah tablet ukuran besar menggunakan mesin tablet kemudian tablet
dimasukkan ke dalam mesin granulasi untuk dihaluskan menjadi ukuran yang
dikehendaki
2. Cara
Kompaktor
Menggunakan
mesin khusus rol kompaktor yang mengempa serbuk premix menjadi bentuk
pita/lempeng diantara dua rol yang berputar berlawanan. Bahan dihaluskan
menjadi granul dalam mesin granul.
I. 4. Bahan Tambahan Tablet Effervecent
Perlu diperhatikan bahwa
bahan yang digunakan dalam tablet effervecent seharusnya mempunyai kandungan
lembab yang sangat rendah dan sewaktu pembuatan sediaan ini harus dilakukan
pada tempat yang kering.
Karakteristik komponen tablet Efervesen:
1. Dalam banyak hal prinsip yang digunakan dalam
memproduksi tablet efervesen sama dengan yang digunakan untuk tablet
konvensional. Banyak dari proses dan alat proses yang sama. Demikian juga sifat
umum granul yang diperlukan untuk memdapatkan tablet yang sesuai persyaratan
seperti:
a. Ukuran
partikel
b. Bentuk
partikel
c. Granulometri
d. Keseragaman
distribusi
e. Aliran
bebas granul
f. Granul
harus dapat dikompresi
2. Satu
sifat bahan baku yang dipilih untuk digunakan dalam tablet efervesen yang lebih
penting dari tablet konvensional yaitu kondisi lembabnya, artinya bahan baku
yang digunakan harus kering.
Apabila
bahan baku yang digunakan tidak kering (mengandung lembab) maka terjadi reaksi
asam dan karbonatnya akan menyebabkan produk menjadi tidak stabil secara fisik
dan terurai. Sekali dimulai reaksi maka akan berlanjut lebih cepat karena
produk samping reaksi adalah pertambahan air.
Contoh:
CH2COOH
CH2COONa
CH2COOH
+
3NaHCO3
CHCOONa + 3 CO2 + 3 H2O
CH2COOH
CH2COONa
Oleh
karena itu bahan baku yang digunakan harus dalam keaadan anhidrat (kering)
dengan sedikit kadar lembab yang diabsorpsi. Molekul air memang masih ada tapi
sangat sedikit karena air dibutuhkan sedikit untuk kebutuhan mengikat granul
karena granul yang terlampau kering tidak dapat dikempa.
3. Kelarutan merupakan sifat bahan baku yang
penting dalam tablet efervesen. Jika komponen tablet tidak larut, reaksi
efervesen tidak akan terjadi dan tablet tidak akan terdisintegrasi secara
cepat. Kecepatan kelaurtan lebih penting dari kelarutan karena zat yang
terlarut lambat dapat merintangi desintegrasi tablet dan larut lambat
menghasilkan residu yang tidak disukai setelah tablet terdisintegrasi.
I. 4. 1. SUMBER KARBONDIOKSIDA
Sumber karbondioksida
dari tablet efervesen didapat dari garam-garam karbonat. Karena garam ini dapat
menghasilkan 53 % karbondioksida. Garam yang sering digunakan adalah natrium
bikarbonat dan natrium karbonat. Natrium bikarbonat dengan kosentrasi dalam air
0,85% menunjukan pH 8,3. natrium karbonat dengan konsentrasi 1 % dalam air
mempunyai pH 11,5. Natrium karbonat menunjukan pula efek stabilisasi di dalam
tablet efervesen karena kemampuannya mengabsorbsi lembab terlebih dahulu yang
dapat mencegah permulaan reaksi efervesen. Oksigen dapat pula menjadi sumber
efervesen dengan sumbarnya dapat digunakan natrium perborat anhidrat.
I. 4. 2. SUMBER ASAM
Sumber asam yang umumnya
digunakan pada tablet efervesen dapat digolongkan menjadi;
a. Asam Makanan, antara lain :
1. Asam
Sitrat, merupakan asam yang paling sering digunakan karena harganya yang murah.
Asam sitrat dapat larut dengan mudah dan cepat, dan dalam bentuk granul dapat
mengalir dengan bebas. Terdapat
juga bentuk anhidratnya sehingga mempunyai sifat higrokopis.
2. Asam
Tartrat, asam ini mempunyai kelarutan yang lebih besr dari asam sitrat.
b. Asam anhidrat
Jika
asam anhidrat dilarutkan dalam air maka akan terjadi hidrolisi yang membebaskan
bentuk asamnya yang dapat bereaksi dengan sumber karbondioksida. Contohnya adalah suksinat anhidrat.
a. Garam Asam
Garam ini dapat digunakan karena dalam
larutan, garam ini dapat menghasilkan proton dan menghasilkan larutan dengan pH
dibawah 7. Contohnya adalah natrium hidrogen fosfat, natrium dihidrogen fosfat,
dan natrium bisulfit.
I. 4. 3. BAHAN TAMBAHAN LAINNYA
Bahan tambahan lainnya
pada tablet efervesen antara lain seperti bahan pengikat, bahan pengisi, dan
lubrikan. Namun bahan-bahan ini penggunaannya dalam jumlah yang terbatas.
Seperti halnya pengisi, hanya digunakan sedikit saja, karena dalam formula
tablet efervesen sudah banyak mengandung karbonat dan asam.
a. Pengikat dan zat penggranul
Untuk pembuatan tablet efervesen dengan metode granulasi
penggunaan pengikat seperti gelatin, amilum dan gom tidak dapat digunakan
karena kelarutan lambat atau karena kandungan residu air tinggi yang dapat
mempercepat ketidakstabilan tablet efervesen. Pengikat efektif untuk tablet
efervesen adalah PVP. PVP ditambahkan pada serbuk yang digranulasi dalam
keadaan kering kemudian dibasahi oleh cairan penggranulasi yaitu isopropanol,
etanol atau hidroalkohol. Alkohol tidak bersifat pengikat tapi ditambahkan
sebagai zat penggranulasi untuk pelarut PVP.
b. Pengisi
Biasanya hanya dibutuhkan sedikit pengisi karena zat yang
menghasilkan efervesen sudah cukup besar. Natrium bikarbonat merupakan pengisi
yang baik. Pengisi lain adalah Na. Klorida, Na. Sulfat dan Na. Bikarbonat.
c. Lubrikan
Lubrikan yang larut air atau zat yang dapat terdispersi
dalam air dapat digunakan sebagai lubrikan. Serbuk natrium benzoat dan PEG 8000
merupakan lubrikan larut air yang efektif.
II. CONTOH FORMULA (VITAMIN C)
II.
1. Formulasi
Satu tablet effervescent dibuat dengan
bobot 1,5 gram.
Formula untuk 1 buah tablet effervescent :
Vitamin
C
500 mg
Pyridoxine
20 mg
PVP
3%
45 mg
Sukrosa
15%
225 mg
Asam sitrat
monohidrat
208 mg
Asam
tartrat
222,9 mg
Natrium
bikarbonat
249,5 mg
PEG
8000
30 mg
II. 2. Perhitungan
Bobot tablet effervescent 1500 mg
Fasa dalam bobot 98% = 98/100 1500 mg = 1470 mg
Fasa luar (terdiri dari pelincir) bobot 2%
= 2/100 1500 mg = 30 mg
Fasa dalam terdiri dari zat aktif, asam,
basa, pengikat, dan pengisi.
Bobot asam dan basa = fasa dalam – (zat
aktif + pengikat + pengisi)
= 1470 mg – ( 520 + 45 + 225 ) mg
= 680 mg
Asam sitrat
monohidrat:
BM = 210,13
Bilangan ekivalen
= 3
Bobot ekivalen = 210,13/3 = 70,04
Asam
tartrat:
BM = 150,09
Bilangan ekivalen = 2
Bobot
ekivalen = 150,09/2 = 75,05
Natrium
bikarbonat: BM = 84,01
Bilangan ekivalen = 1
Bobot
ekivalen = 84,01/1 = 84,01
70,04 mol ekivalen + 75,05 mol ekivalen +
84,01 mol ekivalen = 680 mg
229,1 mol ekivalen = 680 mg
mol ekivalen = 2,97
Asam sitrat monohidrat = 70,04 2,97 = 208 mg
Asam tartrat = 75,05 2,97 = 222,9 mg
Natrium bikarbonat = 84,01 2,97 = 249,5 mg
Pertimbangan pemilihan
bahan-bahan dalam formula dan metode pembuatan
·
Bobot tablet yang dipilih 1500 mg karena
bobot tersebut cukup untuk bobot tablet effervescent
·
Dosis asam askorbat yang dipilih 500
mg/hari karena dosis tersebut dapat digunakan untuk pengobatan sariawan akibat
defisiensi vitamin C.
·
Jumlah pyridoxine yang
dikonsumsi per hari sebanyak 2,2 mg harus terpenuhi untuk laki-laki dan 2 mg
untuk perempuan. Pyridoxine yang digunakan untuk pengobatan anemia
sideroblastik dan untuk merawat kelainan metabolisme akibat defisiensi
pyridoxine memiliki dosis sebesar 100-400 mg per hari. Dosis pyridoxine yang
dipilih dalam formula ini sebesar 20 mg/hari karena masih termasuk rentang
dosis yang dapat digunakan untuk profilaksis dan defisiensi pyridoxine, juga
untuk memenuhi bobot tablet effervescent sebesar 1,5 gr.
·
Pengikat yang digunakan dipilih PVP karena
PVP merupakan pengikat yang larut air dan konsentrasi yang dipilih 3% karena
PVP yang digunakan sebagai pengikat dalam formulasi dan teknologi Farmasi
sebesar 0,5-5%
·
Pengisi yang digunakan adalah sukrosa
karena pengisi yang digunakan dalam tablet effervescent adalah gula.
Konsentrasi yang dipilih 15% karena sukrosa yang digunakan sebagai pengisi pada
formulasi dan teknologi Farmasi 2-20%.
·
Asam yang digunakan adalah kombinasi antara
asam sitrat monohidrat dan asam tartrat karena dengan kombinasi akan diperoleh
tablet effervescent yang bik. Bila digunakan asam sitrat monohidrat tunggal
maka granul yang dihasilkan lengket dan lunak sehingga tidak dapat dikempa,
sedangkan bila digunakan asam tartrat tunggal maka akan dihasilkan tablet
effervescent yang keras dan retak-retak.
·
Basa yang digunakan adalah natrium
bikarbonat karena basa tersebut biasa digunakan dalam kombinasi dengan asam
tartrat.
·
Lubrikan yang digunakan harus larut air
sehingga dipilih PEG 8000
·
Metode pembuatan yang dipilih adalah
granulasi kering karena zat aktif merupakan vitamin yang tidak tahan panas
sehingga dengan granulasi kering maka tidak diperlukan proses pengeringan yang
memerlukan panas.
Penimbangan dilakukan untuk membuat 500
buah tablet effervescent
Asam
askorbat
500 mg 500 = 250 g
Pyridoxine
20 mg 500 = 10 gr
PVP
3%
45 mg 500 = 22,5 gr
Sukrosa
15%
225 mg 500 = 112,5 gr
Asam sitrat monohidrat208 mg 500 = 104 gr
Asam
tartrat
222,9 mg 500 = 111,45 gr
Natrium
bikarbonat
249,5 mg 500 = 124,75 gr
PEG
8000
30 mg 500 = 15 gr
II.3 Prosedur Pembuatan
Metode Granulasi Kering
1. Zat
aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan dlam tempat yang terpisah.
2. Dicampur menjadi satu kemudian dicampur hingga
homogen.
3. Massa
serbuk dislugging, kemudian dihancurkan hingga derajat kehalusan tertentu.
4. Diayak
dengan pengayak nomor 16 mesh.
5. Dilakukan
uji aliran granul yang diperoleh. Aliran yag diperoleh harus sebesar 10
gr/detik. Jika tidak diperoleh aliran sebesar itu, harus dilakukan slugging
kembali hingga diperoleh aliran yang dikehendaki.
6. Setelah
granul memiliki aliran 10 gr/detik, pada granul ditambahkan lubrikan. Granul siap dikempa menjadi tablet dengan
bobot 1,5 gr.
II.4. Evaluasi Granul
II.4.1 Tujuan
Untuk memeriksa apakah granul yang terbentuk memenuhi syarat
atau tidak untuk dikempa.
II.4.2 Prosedur
i) KandunganAir (hanya untuk granul hasil granulasi basah)
a. Penentuan dilakukan dengan menggunakan 5 gr
granul yang diratakan pada piring logam, kemudian dimasukkan dalam alat
penentuan kadar air (Moisture Ballance).
b. Atur
panas yang digunakan (70 0C) lalu diamkan beberapa waktu sampai diperoleh
angka yang tetap (dalam bentuk %). Piring logam dipanaskan hingga bobot tetap
sebelum digunakan.
ii) Kecepatan Aliran (Menggunakan Flow
Tester)
a. Sejumlah tertentu granul dimasukkan kedalam
alat penentuan (corong) penguji aliran.
b. Alat
dijalankan dan dicatat waktu yang dibutuhkan oleh massa granul untuk melewati corong.
c. Hasil dinyatakan dalam satuan gr/det.
Kecepatan aliran yang ideal adalah 10 gr/det
iii) Kadar Pemampatan
a. Masukkan
100 gr granul dalam gelas ukur 250 mL , Volume mula-mula dicatat sebagai
ketukann 0 (Vo).
b. Lakukan pengetukan, dan volume pada ketukan ke
10, 50, 100, diukur.
c. Timbang bobot granul yang digunakan untuk
pengujian ini.
d. Hitung kadar pemampatan dengan persamaan
berikut ini:
Kp = [(Vo-Vt)/Vo] x 100 %
Kp = kadar pemampatan
Vo
= volume granul sebelum pemampatan
Vt
= volume granul pada t ketukan
Penafsiran hasil :
Granul memenuhi syarat jika Kp < 20%.
iv) Bobot jenis
a.
Bobot jenis nyata
Sejumlah gram granul dimasukkan ke dalam gelas
ukur.
Catat volumenya dan timbang bobot granul yang
digunakan untuk pengujian ini.
Hitung bobot jenis nyata dengan persamaan
berikut ini :
P = W/V
P
= bobot jenis nyata
W
= bobot granul
V
= volume granul tanpa pemampatan
b.
Bobot jenis mampat
Sejumlah
gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur pada alat dengan menggunakan corong
panjang. Catat volumenya (Vo).
Gelas
ukur diketuk-ketukkan sebanyak 10 dan 500 kali. Catat volumenya (V10 dan
V500).
Timbang bobot granul yang digunakan untuk
pengujian ini.
Hitung bobot jenis mampat dengan persamaan
berikut ini :
Pn = W/Vn
Pn
= bobot jenis mampat
W
= bobot granul
Vn
= volume granul pada n ketukan
v) Indeks kompresibilitas
Hitung dengan persamaan : [(Pn-P)/Pn] x 100
%
vi) Perbandingan Haussner
Hitung dengan persamaan berikut ini :
Angka Haussner = BJ setelah pemampatan/BJ
sebelum pemampatan.
Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika
angka Haussner > 1.
II.5 Evaluasi Tablet
II.5.1 Tujuan
Untuk memeriksa apakah tablet memenuhi
persyaratan resmi (Farmakope) atau non resmi (Non Farmakope) atau tidak.
II.5.2 Prosedur
i) Pemeriksaan penampilan
Meliputi
pemeriksaan visual yaitu bebas dari kerusakkan, dari kontaminasi bahan
baku atau dari pengotoran saat proses pembuatan.
ii) Keseragaman ukuran
20
tablet diambil secara acak, Setiap tablet diukur diameter dan tebalnya dengan
jangka sorong. Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan tidak
kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
iii) Keseragaman bobot
Tablet
tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan dengan
menimbang 20 tablet satu persatu dan dihitung bobot rata-rata tablet. Jika
ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih dari hanya yang ditetapkan kolom B. ( FI
ed III hlm. 7).
iv) Kekerasan tablet
20
tablet diambil secara acak, kemudian diukur kekerasannya dengan alat Stokes
Mensato. Tekanan yang diperlukan untuk memecahkan tablet terukur pada alat
dengan satuan Kg/cm2. Kekerasan
yang ideal 10 Kg/cm2.
v) Friabilitas
a. Bersihkan 20 tablet dari debu kemudian
ditimbang (Wo). Masukkan tablet ke dalam alat, kemudian jalankan selama 4 menit
dengan kecepatan 25 rpm.
b. Setelah 4 menit, hentikan alat, tablet
dikeluarkan, lalu dibersihkan dari debu dan timbang (W1).
c.Indeks
friabilitas (f) = (Wo -W1)/Wo X 100%
vi) Friksibilitas
20
tablet diambil secara acak, bersihkan dari debu, kemudian ditimbang (Wo),
kemudian dimasukkan ke dalam friksibilator. Alat diputar 25 rpm selama 4
menit, kemudian tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang (W1).
Friksibilitas
= (Wo – W1)/W1 X 100 %.
vii) Uji Disolusi
Masukkan sejumlah volume media disolusi sesuai monografi, alat
dipasang dan biarkan media hingga mencapai suhu 370 + 0,50C
Masukkan 1 tablet kedalam alat, hilangkan gelembung udara dari
permukaan sediaan, dan jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tercantum
pada monografi.
Dalam
interval waktu yang ditetapkan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara
media disolusi dan bagian atas keranjang atau dayung, tidak kurang dari 1 cm
dari dinding wadah. Lakukan penetapan kadar sesuai monografi.
III. DAFTAR PUSTAKA
1. Pharmaceutical
Excipients. 2nd edition. Editor: Ainley Wade and Paul J.
Weller. 1994. London: The Pharmaceutical Press. Page 436-478, 123-125, 522-523,
392-399, 500-504
2. Martindale,
“The Extra Pharmacopeia” 29TH Edition, Council Of The Royal Pharmaceutical
Society Of Great Britain, London, The Pharmaceutical Press, 1989, hal.
1208-1209
3. The
Pharmaceutical CODEX, “Principle and Practice of Pharmaceutics”. 12nd ed.
1994. London: The Pharmaceutical Press.
B. TABLET KUNYAH
I. Pendahuluan
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah.
Memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak
meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini digunakan dalam
formulasi tablet untuk anak, terutama formulasi multivitamin, antasida, dan antibiotika
tertentu. Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya menggunakan
manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi,
mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan
rasa (FI IV 1995).
Karakteristik :
1. memiliki bentuk yang halus setelah hancur;
2. mempunyai
rasa enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
Keuntungan :
1. ketersediaan
hayati lebih baik dan dapat meningkatkan disolusinya;
2. kenyamanan
bagi penderita dengan meniadakan perlunya air untuk menelan;
3. sebagai
pengganti bentuk sediaan cair yang memerlukan kerja obat yang cepat;
4. meningkatkan
kepatuhan penderita terutama anak-anak dengan rasa yang enak.
Kekurangan :
Zat aktif yang rasanya tidak baik dan dosis
yang tinggi sangat sulit dibuat tablet kunyah.
II. Faktor Formulasi
Beberapa faktor yang terlibat dalam formulasi
tablet kunyah diantaranya adalah jumlah zat aktif, aliran, lubrikan,
disintegrasi, kompresibilitas, kompatibilitas-stabilitas, dan pertimbangan
organoleptik. Empat faktor pertama di atas merupakan faktor yang umum untuk
tablet biasa dan juga tablet kunyah, meskipun demikian sifat organoleptik zat
aktif merupakan faktor yang paling utama. Formulator dapat menggunakan satu
pendekatan atau lebih untuk sampai pada penentuan formula dan proses yang
menghasilkan produk dengan sifat organoleptik yang baik. Produk harus mempunyai
sifat aliran, kompresibilitas dan stabilitas yang dapat diterima.
Pada umumnya, jika jumlah zat aktif dalam tablet sedikit dan rasanya sedikit
buruk maka formulasinya mudah. Sebaliknya jika jumlah zat aktif besar dan
rasanya buruk sangat sulit diformulasikan menjadi tablet kunyah.
Faktor aliran, lubrikan, desintegran, kompresibilitas, kompatibilitas dan sama
halnya untuk tablet biasa. Sedangkan pertimbangan organoleptik adalah sebagai berikut :
1. Rasa
dan Penyedap
Secara
fisiologis, rasa dalah respon panca indera sebagai hasil angsangan kimiawi pada
ujung rasa di lidah. Rasa asin/asam diperoleh dari zat yang mampu terionisasi
dalam larutan. Banyak zat aktif organik merangsang respon pahit. Walaupun tidak
mampu terionisasi dalam air, kebanyakan disakarida, sakarida, aldehid dan
sedikit alkohol memberikan rasa manis. Istilah penyedap (flavor) berkaitan
dengan sensasi gabungan rasa dan bau.
2. Aroma
Misal
tablet kunyah diberi aroma jeruk diformulasi baik rasa manis dan sedikit asam.
3. Raba
mulut
Raba
mulut adalah sentuhan yang dihasilkan tablet dalam mulut ketika dikunyah. Raba
mulut sangat penting dalam tablet kunyah. Umumnya tekstur pasir atau bergetah
tidak dikehendaki dalam tablet. Sedangkan sensasi dingin dan sejuk dengan
tekstur licin seperti manitol, disukai.
4. Pasca
efek
Pasca efek yang umum
dari banyak senyawa adalah pasca rasa (after taste) yaitu rasa yang
timbul dalam mulut setelah tablet hilang. Misalnya beberapa garam besi
meninggalkan rasa karat, sakarin memberikan rasa pahit dalam mulut.
Pasca
efek umum yang lain adalah sensasi mati rasa sebagian dari permukaan lidah,
misalnya antihistamin seperti piribenzamin-HCl menimbulkan rasa pahit kemudian
mati rasa.
5. Pengkajian
masalah formulasi
Bila
memungkinkan, langkah pertama dalam formulasi tablet kunyah adalah memperoleh
profil lengkap dari zat aktif. Profil ini biasanya menuntun keberhasilan paling
efisien dari produk stabil dan bermutu sebab zat aktif biasanya menetapkan
pemilihan senyawa pengisi, pembawa, pemanis, penyedap, dan lain-lain.
Profil zat aktif secara ideal harus
mengandung informasi berikut :
a. Sifat fisik : warna, bau, rasa, pasca rasa, raba mulut, kristal, serbuk,
amorf/cairan, cairan berminyak;
suhu mencair, melebur, sifat polimorfisa, lembab, kelarutan dalam air,
stabilitas zat aktif, kompresibilitas.
b. Sifat kimiawi
: – strukutur kimia
dan golongan kimia;
– reaksi utama dari golongan kimia tersebut;
– tidak tersatukannya zat aktif.
c. Dosis zat aktif dan batas pada ukuran dosis
akhir.
d. Informasi lain yang terkait.
III. Teknik Formulasi
Masalah formulasi mencakup rasa yang
dikehendaki atau rasa yang buruk. Produk yang diinginkan harus dihindari dari
rasa yang tidak enak dengan menambahkan flavor, pemanis, serta untuk
mendapatkan raba mulut yang enak dan kompresibilitas yang dapat diterima.
Beberapa teknik yang digunakan untuk mengatasi masalah formulasi adalah sebagai
berikut :
1. Menyalut
dengan granulasi basah
Walaupun proses
granulasi basah terutama diperlukan untuk mudah mengalir dan dikempa pada zat
halus di bawah kondisi tertentu, metode granulasi basah dapat berguna dalam
penyalutan partikel zat aktif guna mengurangi rasanya.
Contoh
formulasi tablet kunyah vitamin C :
Zat
|
mg/tablet
|
Asam askorbat
(berlebih 10%)
|
275
|
Ethocel 7 cp, 10%
dalam isopropanol
|
q.s.
|
NuTab
|
275
|
Sta-Rx-1500
|
50
|
Na-sakarin
|
1
|
Lake (FD&C)
|
q.s.
|
Penyedap
|
q.s.
|
Mg-stearat
|
5
|
Pembuatan :
– Asam askorbat + Ethocel, keringkan semalam
pada suhu 50 C di oven, diayak dengan ayakan 16 mesh;
– Tambahkan NuTab + Sta-Rx-1500, kocok 15 menit;
– Tambahkan campuran Na-sakarin, lake, penyedap,
dan Mg-stearat yang sebelumnya telah diayak;
– Campur
kemudian dicetak.
Formula di atas menggunakan
ethocel yang merupakan polimer yang tidak larut dalam air, di mana vitamin C
disalut dengan cara granulasi basah. Tujuannya untuk meningkatkan stabilitas
dan mencegah terlalu asam.
Pada umumnya cara ini
merupakan pendekatan yang paling sederhana untuk menutupi rasa. Granulasi basah
tertentu dapat dilakukan tanpa penambahan eksipien seperti laktosa, manitol,
sorbitol, sukrosa, dan lain-lain. Walaupun pendekatan ini serupa dengan
granulasi basah biasa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
1. Zat penggranulasi harus membentuk
selaput pada permukaan zat aktif;
2. Tidak mempunyai rasa dan bau yang tidak
enak;
3. Tidak larut dalam saliva;
4. Tidak mempengaruhi disolusi zat aktif
setelah ditelan.
Idealnya pengisi rasa manis seperti gula perlu
dimasukkan dalam granulasi, disintegran baik dimasukkan dalam granulasi basah
untuk menjamin disolusi yang baik setelah granul itu dikunyah. Prosedur
tersebut merupakan prosedur konvensional. Saat ini banyak digunakan metode
suspensi udara. Dalam teknik tersebut, partikel zat aktif yang akan disalut
disuspensikan dalam aliran udara panas yang terkendali kecepatan tinggi
langsung melalui lempeng perforasi dalam tabung salut. Partikel zat aktif
melakukan aliran putaran lewat penembak atomisasi zat penyalut dalam
larutan/suspensi. Setelah partikel basah, partikel tersebut disingkirkan dari
daerah semprotan dan dikeringkan dalam aliran udara panas dan disalut ulang.
Putaran tersebut dilanjutkan sampai ketebalan salut yang diinginkan tercapai.
Pengaliran partikel zat aktif meningkatkan pemaparan luas permukaan guna
penyalutan dan pengeringan yang lebih efisien. Walaupun perbaikan rasa dengan
penyalutan menarik karena sederhana, tetapi metode ini hanya cukup untuk zat
aktif yang rasanya tidak enak.
2. Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi
adalah suatu metode penyalutan partikel zat aktif atau tetesan-tetesan cairan
dengan polimer yang menyalut rasa dan membentuk mikrokapsul dengan ukuran 5 –
5000 m. Mikroenkapsulasi dapat dibuat dengan berbagai metode, yaitu :
a. Metode
Pemisahan Koaservasi
Metode
koaservasi adalah metode pengendapan makromolekul dari larutannya menjadi 2
lapisan cairan. Dalam metode ini ada 3
langkah yaitu :
i) Pembentukan
tiga fasa kimia yang tidak bercampur yaitu fasa pembawa air, fasa inti (zat
aktif), dan fasa penyalut. Caranya : fasa penyalut dilarutkan dalam fasa
pembawa cair kemudian ditambahkan zat aktif sehingga terjadi suspensi. Proses
pemisahan dilakukan dengan berbagai cara diantaranya :
– menaikkan
suhu;
– menambahkan
cairan bahan pelarut yang bercampur baik dengan fasa pembawa sehingga
makromolekul mengendap;
– menambahkan
garam;
– menambahkan polimer lain yang tidak tercampurkan
misalnya gelatin (ditambah gom arab).
ii) Terbentuk
campuran di mana makromolekul terdapat paling banyak. Di sini mulai proses
penyalutan (diaduk).
iii) Pengeringan partikel pada suhu rendah.
Untuk metode
koaservasi, zat salut yang biasa digunakan adalah CMC, selulosa asetat ftalat
(CAP), etilselulosa, gelatin, polivinil alkohol, gelatin-gom arab, shellac, dan
beberapa malam tergantung pada penggunaannya.
b. Metode
Suspensi Udara
Zat
aktif disuspensikan dalam udara.
c. Metode
Semprot Beku
Proses semprot beku
adalah pendinginan zat yang dicairkan jadi bentuk partikel halus selama
perjalanannya dari penembak semprotan dan wadah penyemprotan pada suhu di bawah
titik beku.
Contoh
formula : Tablet kunyah Asetaminofen (Mikroenkapsulasi)
Zat
|
mg/tablet
|
Mikrokapsul (100 mesh)
Asetaminofen
Penyalut (selulosa-malam)
Eksipien
Manitol
Mikrokristalin selulosa (Avicel)
Talk
Sakarin
Gom Guar
Flavor
Mg-stearat
|
327
35
393
|
3. Dispersi
solida
Zat aktif dengan rasa
yang tidak enak dapat dicegah dengan mengadsorpsikannya pada substrat yang
mampu mempertahankan tetap teradsorpsi dalam mulut tetapi setelah di saluran
cerna zat aktif dilepaskan. Contoh Dekstrometorfan dengan menggunakan substrat
Mg-trisilikat. Adsorbat sudah tersedia di perdagangan dalam bentuk serbuk
termikronisasi yang mengandung zat aktif 10% b/b (tinggal dicampur lalu
dicetak).
Contoh formula :
Zat
|
mg/tablet
|
Adsorbat Dekstrometorfan-HBr 10%
(berlebih 2%)
Benzokain
Flavor
Mg-stearat
Sorbitol (kristalin)
|
76,5
2,5
10
10
1301
|
Pembuatan
:
– Sorbitol
diayak 10 mesh
– Campur adsorbat, benzokain, flavor dengan ¼
dari jumlah sorbitol yang diperlukan
– Tambahkan sisa sorbitol, aduk, lalu tambahkan
Mg-stearat. Aduk dan cetak sehingga diperoleh tablet kunyah dengan kekerasan 6
kp.
Ada beberapa metode dalam pembuatan
adsorbat :
a. Metode pelarut : zat aktif dilarutkan dalam
pelarut yang mudah menguap, tambahkan substrat (zat padat), campur kemudian
pelarutnya diuapkan lalu dihaluskan.
b. Metode
pencairan : zat aktif dan pembawa dilebur bersama-sama dengan pemanasan pada
suhu yang cocok (tidak merusak zat aktif). Kemudian campuran didinginkan secara
cepat dan terjadi pemadatan (dilakukan dalam penangas es). Kemudian padatan
tersebut diserbuk menjadi partikel yang diinginkan.
4. Pertukaran
ion
Pertukaran
ion adalah pertukaran reversibel dari ion-ion antara fasa solida dan cairan dan
tidak ada perubahan permanen dalam struktur solida. Dalam hal ini, solida
adalah zat penukar ion sedangkan ionnya adalah zat aktif. Apabila digunakan
sebagai pembawa zat aktif, zat penukar ion menjadi suatu sarana untuk mengikat
zat aktif pada matriks polimer yang tidak larut dan dapat secara aktif menutup
rasa dan bau dari zat aktif yang diformulasi menjadi tablet kunyah.
5. Pembentukan
garam/turunannya
Dilakukan upaya
modifikasi komposisi kimia zat aktif sehingga senyawa itu kurang larut dalam
saliva karena itu rangsangannya kurang pada ujung rasa atau memodifikasi zat
aktif menjadi tidak berasa. Misalnya kloramfenikol menjadi kloramfenikol
stearat.
6. Penambahan
asam amino dan hidrolisat protein
Dengan
menggabungkan asam-asam amino dan garam-garamnya atau campurannya akan
mengurangi rasa pahit dari penisilin. Asam amino yang umum digunakan adalah
sarkosin, alanin, taurin, asam glutamat, dan glisin. Misalnya rasa ampisilin
diperbaiki secara nyata dengan menggranulasikannya dengan glisin, kemudian
ditambahkan amilum, lubrikan, glidan, penyedap, pemanis lalu dicetak.
7. Kompleks
inklusi
Pembentukan kompleks
inklusi yaitu molekul zat aktif masuk ke dalam lubang-lubang molekul zat
pengompleks membentuk kompleks stabil. Kompleks ini mampu menutup rasa pahit
zat aktif dengan menurunkan jumlah partikel zat aktif yang terpapar atau
mengurangi kelarutan zat aktif pada waktu dikunyah.
Gaya yang
terlibat dalam kompleks inklusi adalah gaya Van der Waals dan -siklodekstrin
(digunakan sebagai zat pengompleks inklusi) merupakan molekul oligosakarida
dari amilum, manis, dan tidak toksik. Ada 3 metode utama dalam pembuatan
siklodekstrin, dua diantaranya adalah skala laboratorium sedangkan yang lainnya
adalah skala industri. Untuk skala laboratorium adalah sebagai berikut :
a. Siklodekstrin dilarutkan dalam air panas yang
dicampur zat aktif, kemudian didinginkan dan terjadi penghabluran dari senyawa
inklusi (pada pengeringan).
b. Zat aktif tidak larut air dilarutkan dalam
pelarut organik yang tidak bercampur dengan air, dikocok dengan siklodekstrin
dalam air yang pekat, akan terjadi senyawa terkristalisasi yang mengendap,
kristal dicuci untuk menghilangkan zat aktif yang tidak membentuk kompleks,
lalu dikeringkan.
8. Kompleks
molekular
Pembentukan kompleks
molekular melibatkan zat aktif dan molekul organik pengompleks, dan kompleks
ini dapat menutup rasa yang pahit atau bau yang tidak diinginkan. Metode ini
menurunkan kelarutan zat aktif dalam air.
IV. Eksipien
Proses granulasi basah, granulasi kering dan
cetak langsung pada tablet konvensional dapat juga diterapkan pada tablet
kunyah. Dalam hal ini, perlu diperhartikan kadar lembab, kemungkinan
kompatibel, aliran, kompresibilitas, distribusi ukuran granul. Selain itu, hal
yang perlu diperhatikan adalah kemanisan, mampu kunyah, dan raba mulut. Banyak
eksipien yang umum digunakan dalam tablet konvensional dapat juga digunakan
dalam tablet kunyah. Beberapa eksipien untuk tablet kunyah yang umum digunakan
adalah sebagai berikut :
A. Flavoring (Penyedap)
1. Pemanis
Pemanis
alam dan pemanis buatan yang paling banyak digunakan adalah :
Yang perlu diperhatikan status peraturan
dalam negara.
2. Aroma
Misal aroma vanila, jeruk, strawberry, coklat, peppermint.
B. Pewarna
Pewarna yang digunakan dalam tablet kunyah bertujuan untuk :
– meningkatkan
daya tarik estetika
– memberi identitas pada produk dan membuat
perbedaan antar produk
– menutup
warna yang kurang menarik
– mengimbangi dan menyesuaikan penyedap yag
digunakan dalam formulasi
Ada
dua bentuk pewarna yang digunakan :
1) Warna
Celup
Adalah senyawa kimia
yang menunjukkan pewarnaan apabila dicelupkan dalam suatu larutan, biasanya
mengandung 80-93% murni.
Pewarna
celup untuk tablet kunyah biasanya digunakan 0,01-0,03%. Pewarna celup yang
digunakan pada metode granulasi basah biasanya dilarutkan dalam cairan
granulasi. Pelaksanaan granulasi dan pengeringan untuk meminimalkan migrasi
larutan pewarna celup harus dibuat dalam besi tahan karat atau wadah kaca untuk
menghindari inkompatibilitas antara zat warna dan wadah. Harus dilakukan
penyaringan untuk menghilangkan partikel yang tidak larut. Larutan pewarna
celup dalam air dapat disimpan selama beberapa jam dan jika lebih dari 24 jam
perlu diawetkan dengan penambahan suatu zat pengawet untuk mencegah pertumbuhan
mikroba, misalnya propilenglikol, asam fosforik, Na-benzoat, dan asam sitrat.
Selama penyimpanan,
penggunaan dan proses pewarna celup harus dilindungi terhadap :
– zat pengoksidasi terutama klorin dan
hipoklorit;
– zat pereduksi terutama gula invert, beberapa
penyedap, ion logam (Al, Zn, Fe, dan Sn), asam askorbat;
– pH yang ekstrim, misalnya pH < 5, zat warna
tidak tahan;
– mikroba terutama jamur dan bakteri;
– pemanasan dengan suhu yang tinggi dan waktu
yang lama (jadi pewarnaan harus diproses pada suhu rendah dan waktu singkat);
– pemaparan
cahaya matahari langsung.
2) Warna
Lake
Pewarba
lake tidak larut dan biasanya didispersikan. Oleh karena itu yang sangat
penting diperhatikan adalah ukuran partikel harus halus. Umumnya makin kecil
ukuran partikel, makin tinggi daya pewarnaan lake karena bertambahnya luas
permukaan.
Lake
dibuat dengaan presipitasi dan mengadsorpsikan pewarna celup pada substrat yang
tidak larut air. Biasanya sebagai substrat digunakan Alumina hidrat. Lake yang
digunakan untuk tablet kunyah cetak langsung : 0,1-0,3%. Stabilitas lake
terhadap cahaya dan panas lebih tinggi dibandingkan warna celup dan kompatibel
dengan banyak komponen yang digunakan dalam tablet kunyah. Lake biasanya
digunakan dalam pembuatan tablet kunyah dengan metode cetak langsung.
VII. Pembuatan
Empat aspek yang penting dalam pembuatan
tablet kunyah adalah :
1. sifat
tersatukannya zat aktif dengan zat warna;
2. distribusi
ukuran partikel;
3. kadar lembab yang memenuhi syarat;
4. sifat
kekerasan tablet.
A. Antasida
Kebanyakan sediaan padat
antasida dibuat dalam bentuk tablet kunyah. Formulasi antasida sangat sulit
mengingat sifat dan jumlah zat aktif. Umumnya zat aktif terdiri dari logam,
astringent, berasa seperti kapur atau berasa pasir dan kombinasi ini
menyebabkan rasa yang tidak enak saat dikunyah. Antasida yang umumnya digunakan
dalam kombinasi dari 2 atau lebih untuk menghasilkan efek terapeutik yang baik
adalah sebagai berikut : Alumunium hidroksida (80-600 mg), Ca-karbonat (194-850
mg), Mg-hidroksida/Mg-oksida (65-400 mg), Mg-trisilikat (20-500 mg), dan lain.
Sebagai tambahan
digunakan zat lain seperti :simetikon (dimetikon, dimetillpolisiloksan) dengan
dosis 20-40 mg/tablet sebagai antiflatulen; peppermint oil 3 mg/tablet
digunakan sebagai karminatif dan asam alginat 200-400 mg.
Contoh formula : Tablet kunyah antasida
dengan metode cetak langsung
Zat
|
mg/tablet
|
Al(OH)3 dan Mg-karbonat
|
325
|
Di-Pac DTE
|
675
|
Avicel
|
75
|
Starch
|
30
|
Ca-stearat
|
22
|
Flavor
|
q.s.
|
Pembuatan : campur semua zat, cetak. Tablet kunyah yang
diharapkan mempunyai kekerasan 8-11 SCA unit.
B. Obat
batuk/obat flu
Formulasi biasanya untuk
anak-anak. Umumnya dosis kurang dari atau sama dengan ¼ dosis dewasa.
Obat yang umum adalah aspirin, asetaminofen, klorfeniramin, pseudoefedrin, dan
dekstrometorfan.
Sifat umum yang diperoleh dari zat aktif
tersebut adalah rasa tidak enak, misalnya aspirin berasa asam sedangkan yang
lain pahit.
Semua zat aktif yang telah disebutkan
mempunyai sifat kompresibilitas yang cukup baik, kecuali asetaminofen. Jadi
untuk asetaminofen dipilih metode granulasi basah sedangkan zat aktif lain
digunakan metode cetak langsung.
Contoh formula :
1. Tablet kunyah Asetaminofen : metode granulasi
basah
Zat
|
mg/tablet
|
Asetaminofen
Manitol
Na-sakarin
Larutan pengikat
Peppermint oil
Syloid 244
Banana, Permaseal
F-4932
Anise, Permaseal
F-2837
NaCl (serbuk)
Mg-stearat
|
120
720
6
21,6*
0,5
0,5
2
2
6
27,5
|
* Mengandung 5,4 mg gom arab dan 16,2 mg
gelatin
Pembuatan :
– Siapkan
larutan pengikat yang terdiri dari gom arab (serbuk) 15 g, gelatin (granul) 45
g, dan air ad 400 ml
– Ayak manitol dan Na sakarin dengan ayakan 40
mesh
– Campur dengan Asetaminofen. Tambahkan 180 ml
larutan pengikat untuk 1000 tablet
– Granulasi dan keringkan 1 malam pada
140-150 F. Ayak dengan ayakan 12 mesh
– Adsorpsikan peppermint oil pada syloid 244 dan
campur dengan flavor dan NaCl
– Campur
granul kering dengan flavor lalu tambahkan Mg stearat
– Cetak
tablet dengan kekerasan 12-15 kp
Catatan : pengikat gom arab-gelatin
menghasilkan tablet dengan kekerasan yang tinggi.Larutan pengikat harus dibuat segar untuk menghindari
pertumbuhan mikroba.
2. Tablet
kunyah Aspirin untuk anak-anak
Zat
|
mg/ tablet
|
AlOH (dried gel)
Aspirin
Talk
Primogel
NuTab
Mafco Magna Sweet
Flavor Jeruk
|
13
81
2
8
93,4
0,6
2
|
Pembuatan :
– Kocok
NuTab dan AlOH, tambahkan aspirin dan kocok (1)
– Campur
primogel, talk, flavor, dan Magna Sweet dan ayak 16 mesh (2)
– Tambahkan
(2) ke (1), kocok dan cetak
Kombinasi NuTab dan Magna Sweet sebagai
pemanis untuk mengurangi rasa asam dari aspirin, begitu juga dengan flavor
jeruk. Dalam keadaan kering, tidak ada reaksi inkompatibilitas antara aspirin
dengan basa AlOH.
C. Vitamin/Mineral/Food
Supplement
Vitamin dan mineral
mempunyai rasa yang tidak enak seperti asam, pahit, asin, rasa sabun, hambar
atau rasa seperti logam. Beberapa
cara untuk menutup rasa tersebut :
1. Rasa asam ditekan dengan cara :
2. Ferro fumarat dan ferri pirofosfat terasa
hambar. Untuk itu dilakukan proses penyalutan dengan monogliserida atau
digliserida dari asam lemak tersaturasi dengan teknik beku semprot
3. Rasa pahit seperti vitamin B kompleks disalut
(salut tunggal) dengan monogliserida atau digliserida
4. Vitamin A dan D dalam bentuk bebas dilindungi
dengan matriks gelatin, gula atau starch dan pengawet
5. Vitamin E dalam serbuk kering teradsorpsi
VIII. Evaluasi
Evaluasi tablet kunyah tidak diatur dalam
FI IV. Beberapa parameter yang dievaluasi di bawah sebagian besar mengacu pada
evaluasi tablet konvensional.
3. Evaluasi
kimia
a. Penentuan
Kadar
Metode analisis yang
sesuai (kromatografi, titrimetri, spektrofotometri, dan lain-lain) bisa
digunakan untuk menentukan kadar zat aktif pada sampel yang representatif
(biasanya aliquot dari 20 tablet yang dipilih acak yang dihaluskan).Jumlah
kadar yang diperoleh dinyatakan dalam persentase terhadap kadar obat di label.
Nilai yang diperoleh harus berada dalam batas-batas yang telah ditentukan untuk
masing-masing zat aktif.
b. Keseragaman
Sediaan
Keragaman bobot tidak boleh melebihi 6% untuk tablet dengan
kadar zat aktif lebih dari 50 mg atau 50% terhadap obot seluruhnya.
Keseragaman
kandungan perlu dilakukan jika
kandungan zat aktif kurang dari 50 mg.
Prosedur yang
dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum di FI IV.
3. Evaluasi
Fisik
a. Pemeriksaan
Fisik meliputi
pemeriksaan terhadap adanya capping atau rengat dan parameter penampilan
lainnya.
b. Kekerasan ambil 10 – 20 tablet secara acak,
tetapkan kekerasan.
c. Friabilitas
20 tablet digerus, ambil 6 gram, masukkan ke dalam friabilator selama 100
putaran, kemudian timbang bobot yang hilang. Nilai friabilitas tidak melebihi
4%.
d. Waktu
hancur
e. Disolusi
f. Rasa
4. Uji
Stabilitas
a. Stabilitas dipercepat dengan suhu tertentu
b. Stabilitas dalam kondisi nyata
Pemeriksaan stabilitas
meliputi :
– Pada waktu tertentu, tentukan kadar zat aktif
– Periksa terhadap adanya perubahan fisik
(totol-totol pada tablet, migrasi zat warna, kristalisasi zat aktif pada
permukaan tablet, ada bau)
– Periksa perubahan kekerasan, friabilitas,
kecepatan disolusi, waktu hancur
– Periksa
stabilitas rasa